SUAMI YANG GAGAL MENDIDIK ANAK
Bissmillahirohmanirrohim.
Dalam alkisah ini saya mencoba menuangkan
kegetiran hidup dalam membimbing dan mendidik anak-anaku. Tetapi bukan berarti untuk
mengungkapkan bagaimana yang terbaik dalam mendidik anak, namun hanya sebatas
goresan kecil untuk merenungi tentang betapa sulitnya membimbing anak dan mendidik
anak sesuai harapan dan keinginan kita sebagai orangtua.
Singkat cerita……
Alhmadulillah
kami dikaruniai dua orang anak yang kebetulan anak pertamaku seorang laki-laki
dan yang kedua seorang perempuan. Namun usia diantara mereka tak begitu jauh
usia kelahirannya, karena waktu itu kami tidak merasakan akan mendapatkan
karunia Allah yang ke dua. Karena kami menikah bagitu lama baru mendapatkan
momongan sekitar 6-7 tahunan sejak kami menikah. Namun Alhamdulillah dengan
pengorbanan dan waktu serta do’a selalu kami panjatkan alhasil tahun ke-7
perkawinanku kami mendapatkan keturunan sebagai anak yang pertama seorang
laki-laki. Batapa bahagianya kami rasanya lengkap sudah kami sebagai keluarga
dengan adanya anak yan kami dambakan.
Seiring
waktu berlalu kami berupaya mengasuh anaku dengan sekemampuan kami. Kami
bahagia, kami bersyukur atas nikmat Allah yang diberikan kepada kami. Kutatap,
kuusap,kubelai anak pertamaku begitu mesra begitu tulus. Tak terasa satu bulan
berlalu, dua,tiga dan sebelas bulan berlalu suka duka kujalani dengan sabar dan
penuh perhatian. Oh iya kami menikah tahun 1992 dan kami selama lima tahun
menabung Alhamdulillah selama lima tahun kami sudah memiliki rumah sehingga
anak kami di asuh dalam rumah tangga yang jauh dari kedua orangtua. Namun
alhamdulilah kami berusaha memberikan asuhan yang terbaik bagi anaku.
Seiring
berjalannya waktu apakah tak ada badai ? Ya badai dalam rumah tangga pasti
selalu ada . Termasuk diriku dan keluargaku sebagai seorang suami dan sebagai
laki-laki ternyata gelombang
perselisihan selalu ada. Ya diriku memang mungkin termasuk yang memiliki
suami ego yang tinggi dan selalu ingin menang sendiri. Ya Allah andai aku
menerawang hal itu betapa bodohnya diriku ? Kurang apa waktu itu…Istri yang
cantik, harta yang cukup, anugrah anak yang tak ternilai. Pekerjaan yang
memadai. Ya kami memang berdua menjadi PNS sebagai seorang guru SMP, pertama
isteri seorang guru di sekolah negeri Rajagaluh sedang aku bekerja sebagai
seoarang guru di sekolah SMPN 1 Palasah sejak 1990. Jarak rumah dengan
sekolahku memang dekat cukup bisa berjalan kaki jika saya mengajar sedang
isteriku agak jauh namun beberapa bulan setelah mempunyai anak isteriku pindah
juga ke sekolah yang sama yaitu SMPN 1 Palasah. Lengkap sudah keberadaanku saat
itu. Rasanya egoku semakin tinggi diriku memang selalu berperilaku yang kurang
baik kepada isteriku terkadang suka memarahi, memukul dan ya Allah ampunilah
saya betapa kurang ajarnya diriku terkadang suka tergoda oleh wanita lain yaah
laki-laki ,namun sekali lagi betapa bodohnya diriku hingga suka melakukan hal itu. Ya Allah ampunilah saya …..
Dan
suatu ketika itu sedang berbahagianaya mengasuh anaku yang pertama beberapa
bulan kemudaian isteriku mengeluh agak sakit waktu itu di bulan ke dua belas,
ya allah kami gelisah waktu itu
bercampur khawatir akan isteriku ada apa dengan isteriku. Saya bawa ke dokter
dan apa yang terjadi ternyata dalam rahim ibunya sedang mengandung pula bayi
yang kedua. Ya Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu betapa bahagianya kami
bercampur haru ternyata kami akan mendapatkan momongan kedua walau usia yang
pertama belum genap dua tahun. Begitulan secuil keberadaan keluarga kami waktu
itu. Dengan kesabaran dan penghasilan yang pas-pasan kami berusaha untuk
membimbing anak yang pertama dan merawat calon anak yang kedua.
Kami
sadar anak adalah amanah dari Allah Swt yang diberikan kepada setiap orang tua.
Mendidik dan mengasuhnya adalah tanggung jawab dan kewajiban bagi setiap orang
tua. Dalam mendidikan anak ada hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh
setiap orang tua, disamping memberikan pendidikan umum terbaik, adalah suatu
kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anaknya khususnya seorang ibu dengan
akhlak yang baik yaitu akhlak Nabi Muhammad dan para sahabatnya yang mulia
karena kami keluarga muslim. Dan dengan pendidikan yang islami lah yang sesuai
dengan Al-Qur'an dan Hadist yang kami ajarkan agar anaku dapat menjadi seorang
anak baik dan sukses baik dunia maupun akhiratnya.
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu kewajiban
keluarga terlebih seorang ibu muslimah. Dipunggung
ibu tumpuan pendidikan yang baik sehingga seorang ibu adalah tauladan
anak-anaknya. Kamipun berusaha senantiasa mendidik anak-anak kami dengan akhlak
yang baik, yaitu akhlak Rosululloh dan para sahabatnya yang mulia. Kami
sadar mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu kepada
anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan Fitroh yang diberikan Allah
kepada seorang ibu. Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja
tanpa perkara lainnya, seperti (misalnya) mencucikan pakaiannya atau
membersihkan badannya saja. Bahkan
mendidik anak itu mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi
penerus yang akan menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh
yang akan memenuhi bumi ini dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan
kejayaan. Kemudian menanamkan aqidah yang bersih, yang bersumber dari Kitab dan
Sunnah yang shahih.
Disinilah ego saya sebagai seorang suami ternyata dalam melakukan pembimbingan, didikan dan
motivasi terhadap kedua anaku berat sebelah. Isteriku yang penuh perhatian
kepada kedua anaku, kepada kami. Terkadang saya selalu kurang memperhatikan
keberadaan tanggungjawabnya sebagai seorang suami yang baik, Ya Allah begitu
banyak kesalahan yang saya lakukan terhadap keluarga. Dari mulai mau menang
sendiri, tidak mau berkorban, pengasuhan selalu dibebankan kepada isteriku
padahal isteriku juga mengajar Tuhan betapa sombongnya diriku waktu itu.
Anak-anaku maafkanlah bapakmu yang kurang perhatian kepada kamu semua.
Terkadang sebagai seorang suami betapa tak mempedulikan beban isteri saat itu,
ya mengajar mencari nafkah, ya mengasuh anaku, sedang aku terkadang main, main
dan main yang tak karuan.
Pembaca yang budiman
Bulan demi bulan bahkan tahun demi
tahun kedua anaku kutempa dengan keimanan dan aqidah islami seadanya. Kubimbing
kubina dan kusekolahkan sesuai keingan diri mereka masing-masing. Tak terasa
perjalanpun berlanjut entah apa yang kami lakukan selama itu kadang lupa-lupa
ingat yang jelas kami berupaya memberikan didikan yang baik bagi kedua anaku. Bekal
pendidikan rohani yang harus ditanamkan kepada kedua orang anaku sejak dini kami
membangunnya dengan tergopoh-gopoh karena kelakuan saya yang kurang memberi
keyakinan dan ketenangan yang kuat dalam hati anak-anak kami tapi mereka kami
ajarkan agama islam, mengaji sholat dan mengajarkan rasa cinta yang besar pada ayah
ibu,dan mengajarkan mereka nilai-nilai serta ketrampilan yang akan bermanfaat
bagi kehidupan mereka saat dewasa nanti. Selalu mengingatkan pada anak-anak
bahwa agar anak-anak selalu menjaga ucapan dan tindakannya. Bersambung…..