Monday, March 16, 2020

Virus corona: Kenapa wabah seperti ini semakin banyak di dunia?


Mobilitas manusia yang lebih cepat - dengan perjalanan lewat pesawat sekitar 4,5 miliar orang pertahun - serta pola makan dengan konsumsi binatang, termasuk hewan liar - merupakan faktor-faktor penunjang tersebarnya virus.
Lebih banyak orang di tempat sempit berarti memperbesar risiko terpapar patogen yang menyebabkan penyakit.
Virus corona yang bermula di Wuhan disebarkan antar manusia dari cairan yang keluar ketika si pembawa virus batuk atau bersin.
Kemampuan virus itu untuk bertahan di luar tubuh manusia hanya sebentar saja, dan penularan terjadi saat orang berdekatan satu sama lain.
Beberapa minggu sesudah dinyatakan wabah, kasus yang dicurigai sebagai infeksi virus corona ditemukan di lebih dari 16 negara.
Wuhan adalah stasiun utama kereta cepat China dan wabah virus ini terjadi menjelang peristiwa migrasi terbesar dalam sejarah manusia - lebih dari tiga miliar orang melakukan perjalanan di China untuk perayaan Tahun Baru Imlek.
Salah satu pandemi terburuk yang pernah tercatat sejarah adalah wabah flu tahun 1918 yang dikenal dengan nama Flu Spanyol.
Virus terbawa ke komunitas yang tak punya data dan tanpa sistem kekebalan tubuh yang memadai.
Ebola, SARS dan kini virus Corona adalah virus zoonosis - penyebaran awal mereka berasa dari hewan ke manusia.
Virus corona diduga berasal dari pasar daging di Wuhan. Laporan awal menyebutkan virus itu kemungkinan berasal dari ular hidup.
Saat ini tiga dari empat penyakit baru bersifat zoonosis.
Secara global, konsumsi daging meningkat dan peternakan berkembang seiring makin makmurnya sebagian dunia dan meningkatnya selera kita terhadap daging.
Virus corona melompat dari hewan liar ke manusia.
Di China, pasar hewan hidup dan daging merupakan hal lazim di kawasan padat. Ini bisa menjelaskan mengapa dua epidemi terakhir berasal dari kawasan itu.
Di Indonesia, organisasi Dog Meat Free Indonesia (DMFI) juga menyatakan keprihatinan mereka terhadap perdagagan di pasar daging dan hewan liar di Indonesia.
Dalam rilis pers mereka, DMFI khawatir dengan penyembelihan anjing positif rabies yang dilakukan berdekatan dengan hewan liar yang diperdagangkan dagingnya seperti kalelawar, ular dan tikus.
Menurut Dr Erni Nelwan, Kepala Gugus Penelitian Penyakit Menular dan Imunologi di IMERI Fakultas Kedokteran UI, pola memakan hewan liar memang berisiko menyebabkan penyakit atau food borne illness.
Namun pengembangan kota ke kawasan pedesaan juga membuka kemungkinan kontak dengan hewan liar. Demam Lassa berkembang karena hal ini ketika manusia menebang hutan untuk membuka pertanian.
Tikus yang hidup di hutan, mengungsi ke rumah-rumah dan membawa demam Lassa tersebar ke manusia.
Dunia makin terhubung satu sama lain, tetapi kita masih belum punya sistem kesehatan global yang mampu menanggapi epidemi ini di sumbernya.
Untuk mencegah wabah, kita masih mengandalkan pemerintahan di negara asal epidemi. Jika mereka gagal, seluruh planet dalam bahaya.
Namun virus pernapasan seperti influenza atau virus corona menyebar dengan lebih cepat.
Wabah kerap terjadi di kawasan miskin dengan yang sistem kesehatan yang buruk. Lemahnya aturan, buruknya pendidikan kesehatan dan sanitasi, serta populasi yang padat menyebabkan risiko meningkat.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat - seperti di China - meningkatkan kebersihan dan akses fasilitas kesehatan. Sistem komunikasi untuk menghindari terjadinya penularan juga membaik.
Demikian pula dengan perawatan. Lebih banyak orang mendapat akses, pencegahan juga lebih baik. Vaksin juga dikembangkan dengan lebih cepat.
Sekalipun sistem penanganan global tidak sempurna, kita lebih baik dalam mendeteksi dan merespon wabah.
Belajar membaca......

3 comments:

  1. Mungkin saatnya Virus Baru berkembang biak ya Allah jauhkanlah kami dari Covid

    ReplyDelete
  2. Jaga kesehatan kita dengan berolah raga dan makanan yang bergizi dan teratur

    ReplyDelete
  3. Kita berdoa dan menjaga tubuh tetap sehat

    ReplyDelete