Para sahabat, rekan kerja, rekan seperjuangan, dan siapapun yang tak dapat kami sebutkan namannya kami mencoba menyambung kembali pengalaman kami tentang cerita kehidupan anak kami dan keluarga kami.
Pembaca yang budiman
Kami sadar bahwa seorang anak terlahir adalah terlahir
sebagai fitroh, maka sesuatu yang
sedikit saja perilaku kedua orangtua akan berpengaruh padanya. Oleh sebab itu semua
potensi kebaikan mestilah senantiasa diajarkan orang tua khususnya ibu kepada
sang buah hati agar ia terbiasa menerima lingkungan dan pengetahuan yang baik. Dan
perlu juga disadarai bahwa ketika potensi kebaikan lebih dominan ketimbang
potensi keburukan, maka sang anakpun akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh
iman dan kokoh akhlaknya. Tapi sebaliknya, jika potensi keburukan yang lebih
dominan, maka kemungkinan besar sang anak akan tumbuh jauh dari norma-norma
islami. Hal ini saya rasakan dan bandingkan antara anak yang di didik di pondok
pesantren dengan anak yang di didik di luar pondok pesantren. Ini benar adanya
karena ternyata lingkungan banyak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Demikian
juga anaku seiring berjalannya waktu, anaku tumbuh berkembang dengan baik, bahagia
sudah keluarga kami.Kami menjalani hidup dengan sederhana kami menanamkan agar
kelak kedua anaku menjadi insan yang mulia disisi Allah dan dapat menjalani
kehidupan yang lebih baik di masa depan kelak walaupun anaku tidak di didik di
lingkungan pondok pesantren. Kami berupaya memberi pelajaran pendidikan agama
di rumah dengan mendatangkan guru/ustad untuk mendidik anaku.
Apa itu arti dari
seorang ibu ?
Makna
menjadi seorang ibu sebenarnya tidak ada habisnya. Seorang ibu adalah
pelindung, pendisiplin dan teman. Seorang ibu adalah manusia yang tanpa pamrih,
pengasih, yang harus mengorbankan banyak keinginan dan kebutuhan mereka untuk
keinginan dan kebutuhan anak-anak mereka. Seorang ibu akan bekerja keras untuk
memastikan anak mereka dibekali dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan untuk menjadikannya sebagai manusia yang berguna di masa yang akan
datang. Memang menjadi seorang ibu yang baik mungkin merupakan pekerjaan
tersulit namun paling bermanfaat yang pernah dialami seorang wanita.
Ayah
di mata anak-anaknya selalu dipandang sebagai sosok yang pintar dan dapat
menyelesaikan persoalan dengan baik bagi anak-anak. Tak dapat di pungkiri
sebagai
seorang anak akan mendambakan seorang bapak. Mereka
butuh sosok ayah yang selalu mau membantu mengatasi masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Apalagi bagi si gadis cilik, bantuan ayah berpengaruh positif
terhadap perkembangan intelektualnya. Sedang untuk si perjaka kecil, ayah akan mengilhaminya
dan melakukan strategi pemecahan masalah, berpikir dan memilih kata-kata dalam
berbicara. Ayah sering digambarkan sebagai superhero untuk keluarganya, apalagi
bagi anak perempuan. Bagi anak perempuan, Ayah merupakan laki-laki pertama yang
akan selalu jatuh cinta padanya. Bagaimana tidak ? Ayah akan menuruti apa yang
putrinya inginkan, tidak pernah marah, dan selalu khawatir, dicari, dijaga, dan
dilindungi sepenuh hatinya. Entah karena berhubungan dengan telepati atau hanya
kebetulan, Ayah dan putrinya selalu berkaitan, insting Ayah kepada putrinya
sangat kuat, sehingga itulah salah satu alasan kenapa anak perempuannya selalu
dicari. Tetapi,bukan berarti Ibu tidak ya. Orang tua merupakan cinta pertama
anak anaknya, hanya saja sudah bukan rahasia jika anak perempuan lebih dekat
dengan Ayahnya, dan anak laki-laki lebih dekat dengan Ibunya. Jika dilihat dari
sisi sebaliknya, ternyata ada ayah yang membuat anaknya trauma, entah sengaja
atau tidak. Jika sudah trauma, sulit untuk disembuhkan. Banyak kita jumpai anak
anak yang kondisi psikis maupun fisiknya terkena yang disebabkan oleh Ayahnya
sendiri.
Hampir setiap anak diajarkan harus menghormati orangtua,
beberapa orangtua pun seringkali memberikan nasihat-nasihat pada anak agar
menjadi anak yang pandai, rajin, berbakti pada orangtua dan lain-lain.
Orangtua bahkan cukup sering memberikan anak instruksi atau
nasihat, yang membuat anak harus meyakini bahwa nasihat yang diberikan adalah
benar dan harus diikuti. Bahkan jika dilanggar, tak jarang ada omelan atau
hukuman yang menanti anak.
Hal ini yang membuat anak selalu merasa salah dimata orangtua,
padahal di sisi lain anak mungkin belum memahami apakah nasihat orangtua selalu
benar. Sayangnya, cara ini bisa menyebabkan dampak serius pada psikologis anak
Bergantung pada konteks
pertanyaan, jawaban untuk pertanyaan “apa itu anak” akan berbeda. Secara
biologis, Seorang anak adalah manusia antara tahap kelahiran dan pubertas atau
antara periode perkembangan masa bayi dan pubertas. Anak adalah sebagai rahmat
Allah, amanat Allah, barang titipan, penguji iman, media beramal, bekal di
akherat, unsur kebahagiaan, tempat bergantung di hari tua, penyambung
cita-cita, dan sebagai makhluk yang harus di didik.
Definisi hukum terkait seorang
Anak umumnya mengacu pada anak di bawah umur, atau dikenal sebagai orang yang
lebih muda dari usia mayoritas.
Anak juga dapat menggambarkan hubungan dengan orang tua (seperti putra dan
putri dari segala usia). Hal ini saya baca dari beberapa literature tentang
anak, namun bukanlah menjadi acuan tetapi anaku memang lahir dari kedua
orangtua yang syah berdasarkan syariat Islami.
Oleh karena itu bagi seorang anak, harapan
sebagai kedua orangtua kiranya berbuat baik dan berbakti kepada orangtua bukan
sekadar memenuhi tuntunan norma susila dan norma kesopanan, namun yang utama
adalah dalam rangka menaati perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya shallallahu
'alaihi wa sallam. Islam memang mewajibkan seorang anak untuk selalu berbakti
kepada orangtua dengan selalu taat akan perintahnya, berbuat baik dan tidak
menyakiti hati orangtua. Namun, tak hanya anak saja yang harus menjaga perasaan
dan hati orangtua, anak juga berhak dijaga perasaannya oleh kedua orangtuanya.
Anak
adalah anugerah sekaligus amanah yang diberikan Alloh SWT kepada setiap orang
tua. Berbagai cara dan upaya dilakukan orang tua agar dapat melihat
anak-anaknya tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Namun seringkali
harapan tidak sesuai dengan kenyataan, entah karena terhambatnya komunikasi
atau minimnya pengetahuan kita selaku orang tua tentang bagaimana agama Islam
memberikan tuntunan dan pedoman tentang memperlakukan anak sesuai dengan
proporsinya.Rasulullah SAW mengajarkan bahwa ada dua hal potensial yang akan
mewarnai dan membentuk kepribadian anak yaitu orang tua yang melahirkannya dan
lingkungan yang membesarkannya.
Setiap manusia pasti mendambakan keluarga sakinah, dilengkapi dengan adanya anak-anak yang sholeh dan sholehah, sejuk dipandang mata. Rasulullah saw. telah mengajarkan sebuah do’a :
“Rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyatinna qurrota ‘ayun waj’alna lil muttaqina imama” (ya Allah berikan kepada kami istri dan keturunan yang sedap dipandang mata dan jadikanlah kami pemimpin orang-orang yang bertakwa)
Tetapi do’a
saja tidak cukup melainkan harus didukung dengan upaya maksimal dalam mendidik
dan mengarahkan prilaku anak sesuai dengan perkembangan usianya. Anak adalah
anugrah Allah yang sangat besar, amanah yang harus dijaga dan di didik agar
kelak menjadi insan rabbani. Akhlak seseorang sering kali terbentuk karena
pengaruh pendidikan sejak kecil. Oleh sebab itu setiap orang tua hendaknya
berusaha untuk mendidik anak-anaknya dengan baik.
”( QS.64 Ath-Taghobun : 14 )
Masalahnya sekarang bagaimana menyikapi seorang anak
yang bandel, pembangkang ? Sikap bandel bagi seorang anak sebenarnya bukan
masalah, bahkan bisa dikatakan sebagai fenomena yang wajar dan sehat. Bagi
orang tua tidak perlu merasa terganggu dengannya. Seorang anak sering kali
bersikap bandel, karena ia sedang dalam proses menunjukkan dirinya. Jadi sikap
bandel bagi seorang anak boleh jadi merupakan media untuk mendemonstrasikan
bahwa ia ada dan harus diperhatikan. Biasanya keinginan untuk memperhatikan
jati diri ini sering kali muncul pada tahun-tahun pertama. Maka tidak bisa
dipungkiri bahwa keaktifan seorang anak pada tahun-tahun pertama tersebut bisa
dianggap hal yang sangat mengganggu bagi kedua orang tuanya, khususnya bagi
seorang ibu sebagai orang yang paling dekat dengannya. Bila dipelajari secara
jeli nampak bahwa sikap seorang anak terkesan bandel karena dua faktor : Perbedaan keinginan dan daya nalar sudah barang tentu pengertian
seorang anak kecil tidak akan pernah sama dengan pengertian orang tua. Sebab
masing-masing mempunyai daya nalar dan kemampuan berpikir yang berbeda.
Perbedaan inilah yang sering kali menimbulkan kesalahan presepsi. Sikap tidak
tenang dan selalu gelisah anak yang bandel cenderung keras kepala, dinamai
keras kepala karena anak tersebut selalu mengulangi kesalahan meskipun ia tahu
bahwa pekerjaan itu salah. Problem ini terletak pada ketidakmampuan jiwanya
dalam menghakimi dirinya bahwa ia bersalah atau tidak. Artinya perbuatan salah
yang dilakukan sang anak dengan sengaja dan terus menerus dikarenakan oleh kondisi
psikologis yang dilaluinya, dan boleh jadi itu bisa dianggap sebagai cara sang
anak untuk memperlihatkan keberadaan dirinya pada orang sekitarnya………….
Pembaca yang budiman memang kami
menyekolahkan anak-anaku ke sekolah umum yaitu SMA Rajagaluh sesuai dengan
keinginannya. Kedua anaku memang sekolah satu sekolahan Cuma beda tingkat anaku
yang pertama kelas 12 dan anaku yang kedua kelas 8 dan seterusnya demikian
sampai ketika kakanya mau lulus dan adiknya naik ke kelas 9 SMA timbulah
masalah. Alahamdulillah anak yang pertama lulus dan dapat melanjutkan ke
sekolah yang lebih tinggi di Bandung, sedangkan anaku yang kedua masih duduk di
kelas 9 SMA waktu itu. Selama ada kakaknya belajarnya terkontrol oleh kakanya.
Berangkat bersama pulang bersama. Namun setelah kakaknya lulus nah disinilah
kami mulai menemukan hal-hal perilaku yang aneh dalam diri anaku yang kedua
ini. Namun kami belum bias memastikan apa penyebabnya yang jelas ketika anaku
meminta sebuah motor sesuai dengan keinginannya kamipun memberinya dengan suka
hati dan berharap sekolahnya lebih giat. Ketika pulang suka telat dan dengan
berdalih melaksanakan kegiatan lain kamipun tak berfikir negative bahkan ketika
meminta sebuah kamera DSL waktu karena alasan ektrakurikulernya pemotretan kami
pun menyepakatinya kami penuhi. Hari demi hari bulan demi bulan perasaan aneh muncul
dalam sikap anak saya ini, mulai terdengar suka main bersama teman-temannya di
luar sekolah sehabis belajar , dan saya
coba tanya anak masih menjawab dalam batas wajar les ke,
kelompok kerja ke dsb. Bolehlah orangtua masih percaya. Tetapi setelah lama
kelamaan makin terdengar suara yang cukup mengagetkan kami, bahwa anaku ikut
bersama geng motor, kami coba telusuri dan kami coba mencarinya namun belum
pernah bertemu dengan adanya bahwa anaku masuk ke dalam geng motor tertentu waktu
itu terdengar ada yang namanya geng motor XTC ada juga geng motor Moonraker
dsb. Hati kami hancur waktu itu kami antara bapak dan ibu saling menyalahkan
muncul pertengkaran dsb. Anehnya setelah saya telusuri setiap yang namanya geng
motor dan saya coba Tanya sanah sinih anaku ternyata tidak masuk dikatakan ke
dalam group geng motor tersebut. Ya allah kenapa mereka selalu mengatakan hal
itu dan se akan-akan anaku tidak diberitahu keberdaannya. Apa benar anaku masuk
geng motor tertentu atau tidak mereka hanya menjawab sebagai teman baik saja.
Demikian dan demikian jawaban yang ditemui kami sebagai orangtua hanya
mendapatkan jawaban tidak tahu apabila kami mencoba menelusuri terhadap
anggota-anggota yang dianggap masyarakat setempat bahwa mereka yang ditemui
kami adalah anak geng motor tertentu atau tidak cukup mengatakan teman biasa
dan memang mengenal nama anak kami.
Selanjutnya pembaca yang budiman…….Satu bulan masuk sekolah kelas 9
semester 1 mulailah anaku meminta pindah sekolah ke sekolah lain dengan alasan
dan keinginan anak kami, kamipun memenuhinya dan pindahlah sekolah ke sekolah
yang lain yang lebih dekat dengan tempat tinggal kami. Kami mencoba memonitor
keberdaan anak kami dengan mengantarkan dan menjemputnya setelah pulang
sekolah. Begitulah setap hari dan Alhamdulillah berjalan sesuai harapan.
Rasanya lega sampai saat itu perilaku anaku mulai membaik walaupun masih ada
perasaan ragu dan bimbang hal itu kubuang jauh –jauh biarlah waktu yang
berbicara ….bersambung