Sunday, July 30, 2023

KAMI MERASA GAGAL DALAM MENDIDIK ANAK ADAKAH SOLUSI ?

 

Para sahabat, rekan kerja, rekan seperjuangan, dan siapapun yang tak dapat kami sebutkan namannya kami mencoba menyambung kembali pengalaman kami tentang  cerita kehidupan anak kami dan keluarga kami.

Pembaca yang budiman

Kami sadar bahwa seorang anak terlahir adalah terlahir sebagai  fitroh, maka sesuatu yang sedikit saja perilaku kedua orangtua akan berpengaruh padanya. Oleh sebab itu semua potensi kebaikan mestilah senantiasa diajarkan orang tua khususnya ibu kepada sang buah hati agar ia terbiasa menerima lingkungan dan pengetahuan yang baik. Dan perlu juga disadarai bahwa ketika potensi kebaikan lebih dominan ketimbang potensi keburukan, maka sang anakpun akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh iman dan kokoh akhlaknya. Tapi sebaliknya, jika potensi keburukan yang lebih dominan, maka kemungkinan besar sang anak akan tumbuh jauh dari norma-norma islami. Hal ini saya rasakan dan bandingkan antara anak yang di didik di pondok pesantren dengan anak yang di didik di luar pondok pesantren. Ini benar adanya karena ternyata lingkungan banyak mempengaruhi pertumbuhan dan  perkembangan anak.

Demikian juga anaku seiring berjalannya waktu, anaku tumbuh berkembang dengan baik, bahagia sudah keluarga kami.Kami menjalani hidup dengan sederhana kami menanamkan agar kelak kedua anaku menjadi insan yang mulia disisi Allah dan dapat menjalani kehidupan yang lebih baik di masa depan kelak walaupun anaku tidak di didik di lingkungan pondok pesantren. Kami berupaya memberi pelajaran pendidikan agama di rumah dengan mendatangkan guru/ustad untuk mendidik anaku.

 Maafkanlah Ibu dan Bapak mu nak !

Apa itu arti dari seorang ibu ?

Makna menjadi seorang ibu sebenarnya tidak ada habisnya. Seorang ibu adalah pelindung, pendisiplin dan teman. Seorang ibu adalah manusia yang tanpa pamrih, pengasih, yang harus mengorbankan banyak keinginan dan kebutuhan mereka untuk keinginan dan kebutuhan anak-anak mereka. Seorang ibu akan bekerja keras untuk memastikan anak mereka dibekali dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk menjadikannya sebagai manusia yang berguna di masa yang akan datang. Memang menjadi seorang ibu yang baik mungkin merupakan pekerjaan tersulit namun paling bermanfaat yang pernah dialami seorang wanita.

 Apa itu arti dari seorang Ayah ?

Ayah di mata anak-anaknya selalu dipandang sebagai sosok yang pintar dan dapat menyelesaikan persoalan dengan baik bagi anak-anak. Tak dapat di pungkiri sebagai seorang anak akan mendambakan seorang bapak. Mereka butuh sosok ayah yang selalu mau membantu mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi bagi si gadis cilik, bantuan ayah berpengaruh positif terhadap perkembangan intelektualnya. Sedang untuk si perjaka kecil, ayah akan mengilhaminya dan melakukan strategi pemecahan masalah, berpikir dan memilih kata-kata dalam berbicara. Ayah sering digambarkan sebagai superhero untuk keluarganya, apalagi bagi anak perempuan. Bagi anak perempuan, Ayah merupakan laki-laki pertama yang akan selalu jatuh cinta padanya. Bagaimana tidak ? Ayah akan menuruti apa yang putrinya inginkan, tidak pernah marah, dan selalu khawatir, dicari, dijaga, dan dilindungi sepenuh hatinya. Entah karena berhubungan dengan telepati atau hanya kebetulan, Ayah dan putrinya selalu berkaitan, insting Ayah kepada putrinya sangat kuat, sehingga itulah salah satu alasan kenapa anak perempuannya selalu dicari. Tetapi,bukan berarti Ibu tidak ya. Orang tua merupakan cinta pertama anak anaknya, hanya saja sudah bukan rahasia jika anak perempuan lebih dekat dengan Ayahnya, dan anak laki-laki lebih dekat dengan Ibunya. Jika dilihat dari sisi sebaliknya, ternyata ada ayah yang membuat anaknya trauma, entah sengaja atau tidak. Jika sudah trauma, sulit untuk disembuhkan. Banyak kita jumpai anak anak yang kondisi psikis maupun fisiknya terkena yang disebabkan oleh Ayahnya sendiri.

Hampir setiap anak diajarkan harus menghormati orangtua, beberapa orangtua pun seringkali memberikan nasihat-nasihat pada anak agar menjadi anak yang pandai, rajin, berbakti pada orangtua dan lain-lain.

Orangtua bahkan cukup sering memberikan anak instruksi atau nasihat, yang membuat anak harus meyakini bahwa nasihat yang diberikan adalah benar dan harus diikuti. Bahkan jika dilanggar, tak jarang ada omelan atau hukuman yang menanti anak.

Hal ini yang membuat anak selalu merasa salah dimata orangtua, padahal di sisi lain anak mungkin belum memahami apakah nasihat orangtua selalu benar. Sayangnya, cara ini bisa menyebabkan dampak serius pada psikologis anak

 Apa Arti Seorang Anak ?

Bergantung pada konteks pertanyaan, jawaban untuk pertanyaan “apa itu anak” akan berbeda. Secara biologis, Seorang anak adalah manusia antara tahap kelahiran dan pubertas atau antara periode perkembangan masa bayi dan pubertas. Anak adalah sebagai rahmat Allah, amanat Allah, barang titipan, penguji iman, media beramal, bekal di akherat, unsur kebahagiaan, tempat bergantung di hari tua, penyambung cita-cita, dan sebagai makhluk yang harus di didik.

Definisi hukum terkait seorang Anak umumnya mengacu pada anak di bawah umur, atau dikenal sebagai orang yang lebih muda dari usia mayoritas. Anak juga dapat menggambarkan hubungan dengan orang tua (seperti putra dan putri dari segala usia). Hal ini saya baca dari beberapa literature tentang anak, namun bukanlah menjadi acuan tetapi anaku memang lahir dari kedua orangtua yang syah berdasarkan syariat Islami.

Oleh karena itu bagi seorang anak, harapan sebagai kedua orangtua kiranya berbuat baik dan berbakti kepada orangtua bukan sekadar memenuhi tuntunan norma susila dan norma kesopanan, namun yang utama adalah dalam rangka menaati perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Islam memang mewajibkan seorang anak untuk selalu berbakti kepada orangtua dengan selalu taat akan perintahnya, berbuat baik dan tidak menyakiti hati orangtua. Namun, tak hanya anak saja yang harus menjaga perasaan dan hati orangtua, anak juga berhak dijaga perasaannya oleh kedua orangtuanya. Anak adalah anugerah sekaligus amanah yang diberikan Alloh SWT kepada setiap orang tua. Berbagai cara dan upaya dilakukan orang tua agar dapat melihat anak-anaknya tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Namun seringkali harapan tidak sesuai dengan kenyataan, entah karena terhambatnya komunikasi atau minimnya pengetahuan kita selaku orang tua tentang bagaimana agama Islam memberikan tuntunan dan pedoman tentang memperlakukan anak sesuai dengan proporsinya.Rasulullah SAW mengajarkan bahwa ada dua hal potensial yang akan mewarnai dan membentuk kepribadian anak yaitu orang tua yang melahirkannya dan lingkungan yang membesarkannya.

 Anakku yang  bandel, pembangkang bagaimana mendidiknya

Setiap manusia pasti mendambakan keluarga sakinah, dilengkapi dengan adanya anak-anak yang sholeh dan sholehah, sejuk dipandang mata. Rasulullah saw. telah mengajarkan sebuah do’a :

“Rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyatinna qurrota ‘ayun waj’alna lil muttaqina imama” (ya Allah berikan kepada kami istri dan keturunan yang sedap dipandang mata dan jadikanlah kami pemimpin orang-orang yang bertakwa)


       Tetapi do’a saja tidak cukup melainkan harus didukung dengan upaya maksimal dalam mendidik dan mengarahkan prilaku anak sesuai dengan perkembangan usianya. Anak adalah anugrah Allah yang sangat besar, amanah yang harus dijaga dan di didik agar kelak menjadi insan rabbani. Akhlak seseorang sering kali terbentuk karena pengaruh pendidikan sejak kecil. Oleh sebab itu setiap orang tua hendaknya berusaha untuk mendidik anak-anaknya dengan baik.
 
Firman Alloh SWT : “Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka),  Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
”( QS.64 Ath-Taghobun : 14 )
 
        Orangtua memiliki tanggung jawab sangat besar sekali terhadap anak-anaknya. Seperti merawat sejak dalam kandungan hingga lahir ke dunia, mengajari, membiayai, serta menyekolahkan dan mendidik anak agar tumbuh menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya saat anak sudah tumbuh menjadi orang dewasa nanti. Tetapi perlu diingat pula  lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kepribadian seorang anak.


        Masalahnya sekarang bagaimana menyikapi seorang anak yang bandel,  pembangkang ? Sikap bandel bagi seorang anak sebenarnya bukan masalah, bahkan bisa dikatakan sebagai fenomena yang wajar dan sehat. Bagi orang tua tidak perlu merasa terganggu dengannya. Seorang anak sering kali bersikap bandel, karena ia sedang dalam proses menunjukkan dirinya. Jadi sikap bandel bagi seorang anak boleh jadi merupakan media untuk mendemonstrasikan bahwa ia ada dan harus diperhatikan. Biasanya keinginan untuk memperhatikan jati diri ini sering kali muncul pada tahun-tahun pertama. Maka tidak bisa dipungkiri bahwa keaktifan seorang anak pada tahun-tahun pertama tersebut bisa dianggap hal yang sangat mengganggu bagi kedua orang tuanya, khususnya bagi seorang ibu sebagai orang yang paling dekat dengannya. Bila dipelajari secara jeli nampak bahwa sikap seorang anak terkesan bandel karena dua faktor : Perbedaan  keinginan dan daya nalar sudah barang tentu pengertian seorang anak kecil tidak akan pernah sama dengan pengertian orang tua. Sebab masing-masing mempunyai daya nalar dan kemampuan berpikir yang berbeda. Perbedaan inilah yang sering kali menimbulkan kesalahan presepsi. Sikap tidak tenang dan selalu gelisah anak yang bandel cenderung keras kepala, dinamai keras kepala karena anak tersebut selalu mengulangi kesalahan meskipun ia tahu bahwa pekerjaan itu salah. Problem ini terletak pada ketidakmampuan jiwanya dalam menghakimi dirinya bahwa ia bersalah atau tidak. Artinya perbuatan salah yang dilakukan sang anak dengan sengaja dan terus menerus dikarenakan oleh kondisi psikologis yang dilaluinya, dan boleh jadi itu bisa dianggap sebagai cara sang anak untuk memperlihatkan keberadaan dirinya pada orang sekitarnya………….
 
Kenapa anaku pembangkang ? inilah pertanyaan yang selalu muncul dibenak kami ada apa dan dosa apa atas perbuatan kami ?


Pembaca yang budiman memang kami menyekolahkan anak-anaku ke sekolah umum yaitu SMA Rajagaluh sesuai dengan keinginannya. Kedua anaku memang sekolah satu sekolahan Cuma beda tingkat anaku yang pertama kelas 12 dan anaku yang kedua kelas 8 dan seterusnya demikian sampai ketika kakanya mau lulus dan adiknya naik ke kelas 9 SMA timbulah masalah. Alahamdulillah anak yang pertama lulus dan dapat melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi di Bandung, sedangkan anaku yang kedua masih duduk di kelas 9 SMA waktu itu. Selama ada kakaknya belajarnya terkontrol oleh kakanya. Berangkat bersama pulang bersama. Namun setelah kakaknya lulus nah disinilah kami mulai menemukan hal-hal perilaku yang aneh dalam diri anaku yang kedua ini. Namun kami belum bias memastikan apa penyebabnya yang jelas ketika anaku meminta sebuah motor sesuai dengan keinginannya kamipun memberinya dengan suka hati dan berharap sekolahnya lebih giat. Ketika pulang suka telat dan dengan berdalih melaksanakan kegiatan lain kamipun tak berfikir negative bahkan ketika meminta sebuah kamera DSL waktu karena alasan ektrakurikulernya pemotretan kami pun menyepakatinya kami penuhi. Hari demi hari bulan demi bulan perasaan aneh muncul dalam sikap anak saya ini, mulai terdengar suka main bersama teman-temannya di luar  sekolah sehabis belajar , dan saya coba tanya anak masih menjawab dalam batas wajar   les ke, kelompok kerja ke dsb. Bolehlah orangtua masih percaya. Tetapi setelah lama kelamaan makin terdengar suara yang cukup mengagetkan kami, bahwa anaku ikut bersama geng motor, kami coba telusuri dan kami coba mencarinya namun belum pernah bertemu dengan adanya bahwa anaku masuk ke dalam geng motor tertentu waktu itu terdengar ada yang namanya geng motor XTC ada juga geng motor Moonraker dsb. Hati kami hancur waktu itu kami antara bapak dan ibu saling menyalahkan muncul pertengkaran dsb. Anehnya setelah saya telusuri setiap yang namanya geng motor dan saya coba Tanya sanah sinih anaku ternyata tidak masuk dikatakan ke dalam group geng motor tersebut. Ya allah kenapa mereka selalu mengatakan hal itu dan se akan-akan anaku tidak diberitahu keberdaannya. Apa benar anaku masuk geng motor tertentu atau tidak mereka hanya menjawab sebagai teman baik saja. Demikian dan demikian jawaban yang ditemui kami sebagai orangtua hanya mendapatkan jawaban tidak tahu apabila kami mencoba menelusuri terhadap anggota-anggota yang dianggap masyarakat setempat bahwa mereka yang ditemui kami adalah anak geng motor tertentu atau tidak cukup mengatakan teman biasa dan memang mengenal nama anak kami.
Selanjutnya pembaca yang budiman…….Satu bulan masuk sekolah kelas 9 semester 1 mulailah anaku meminta pindah sekolah ke sekolah lain dengan alasan dan keinginan anak kami, kamipun memenuhinya dan pindahlah sekolah ke sekolah yang lain yang lebih dekat dengan tempat tinggal kami. Kami mencoba memonitor keberdaan anak kami dengan mengantarkan dan menjemputnya setelah pulang sekolah. Begitulah setap hari dan Alhamdulillah berjalan sesuai harapan. Rasanya lega sampai saat itu perilaku anaku mulai membaik walaupun masih ada perasaan ragu dan bimbang hal itu kubuang jauh –jauh biarlah waktu yang berbicara ….bersambung