Monday, December 9, 2019

Hai Sobat sedikit berbagi literatur yang saya baca untuk berbuat lebih baik dari sekarang...


Tips Untuk Kamu yang Ingin Berubah Menjadi Lebih Baik; Tak Inginkah Kau Mulai Menjadi Pribadi yang Jujur dalam Menempuh Pendidikan?

<>1. Dari mencontek saat SD hingga titip absen saat kuliah, tak lelah kah kau melakukan kecurangan?

               Beberapa orang menganggap bahwa ini hal yang biasa. Kecurangan bahkan sudah dijadikan sebagai sifat yang “wajar”. Tak sedikit dari beberapa yang menganggap ini hanyalah “kenakalan kecil” di bangku sekolah dan akan hilang ketika dewasa. Tapi mereka lupa bahwa lubang yang besar, semula hanya keretakan kecil yang diabaikan. Berawal dari hal kecil dan kemudian menjadi “wajar” Inilah yang menyebabkan engkau susah untuk lepas darinya.

                Kamu mulai melakukan kecurangan kecil seperti nanya:

                “Bro, jawaban nomor 5 apa? Cuma mau cek jawaban.”

                “Bro, lihat PR-mu donk. Ada soal yang aku takut salah”

                Sebenarnya ini merupakan bibit kecil kecurangan. Tapi apakah itu akan terus menjadi bibit dan akan dibuang atau tumbuh menjadi pohon yang besar? Mungkin saja pohon itu akan berbuah. Berbuah korupsi dan kawan-kawannya.

<>2. Semua orang punya masa yang buruk, tapi akankah kamu terus mempertahankannya atau memilih membuangnya?

             Untuk kamu yang pernah melakukan hal curang atau mungkin sekarang masih melakukan nya. Tak inginkah engkau keluar dari lingkaran sesat itu. Mungkin akan sangat sulit. Bukti menyatakan bahwa engkau mendapatkan teman lebih banyak dalam lingkaran itu dibanding harus melakukan semuanya dengan jujur. Kamu akan takut kehilangan teman.

             Dan mungkin nilai mu akan jelek. Nilai mu akan berubah menjadi jelek seketika karena kamu enggan bertanya pada temanmu. Kamu jadi malu dan lainnya. Tapi percayalah, sebuah kejujuran akan menghasilkan sesuatu yang baik. Itu pilihanmu untuk bergerak maju atau diam di lingkaran tersebut.

<>3. Ada saatnya ragu dengan apa yang kau pilih, tapi kamu selalu melihat sesama mu

                Pada saat orang lain mendapat hasil yang bagus karena curang. Di situlah imanmu mulai tergoyahkan. Mengatakan pada diri sendiri bahwa, “Orang lain bisa curang, kenapa aku tak boleh?”

                Ibarat yin dan yang, kamu akan melihat dua contoh. Orang yang selalu curang dan mendapat nilai bagus. Atau orang yang selalu jujur dan terus bekerja keras.

                Orang yang kedua merupakan seseorang yang kamu anggap dia berbakat, pintar dari lahir, tanpa berusaha bisa mendapat nilai bagus. Tapi apakah kamu nggak bertanya apa yang dia pelajari setiap hari. Mungkin saja ia telah belajar tiap hari sebelumnya. Ia telah mengerjakan ratusan bahkan ribuan soal latihan sebelumnya. Jadi kenapa tak menjadi seperti dia dan terus berusaha jujur.

                Berusahalah menjadi orang kedua tersebut dan selamat kau telah tumbuh menjadi pribadi yang “konsisten dan berprinsip”.

<>4. Memilih jujur membuatmu berpikir tak ada lagi tempat untuk bertopang, hanya dirimu sendiri

                Bukan tak ada, hanya berbeda caranya. Kamu bisa meningkatkan kemampuanmu dengan belajar bersama teman dan bertanya pada guru atau dosen. Atau mungkin mencari referensi di Perpustakaan atau sumber belajar lain nya.

                Dan ini memiliki nilai plus yaitu kamu menjadi seseorang yang lebih rajin belajar. Dengan tanpa adanya “bantuan”, kamu mulai berpikir bahwa dirimu harus lebih rajin dan tekun. Pelajaran akan selalu kamu gapai dan terus kamu ulangi. Kamu akan menghapus kata waktu luang di kamus mu. Kamu mulai mengisi nya dengan sesuatu yang lebih bermanfaat. Kamu pun lebih punya waktu untuk mencari ilmu yang kamu gemari. Dan akhirnya ini membuatmu menjadi pribadi yang “rajin dan tekun”.

<>5. Memilih jujur membuatmu dijauhi oleh teman-temanmu? Tidak juga!

                Teman yang mana? Teman tak ada yang menjerumuskan kawannya ke lubang yang salah. Mungkin dia bukan teman. Mungkin hanya seseorang yang memiliki masalah yang sama denganmu dan mengajakmu melakukan jalan pintas. Jujur, tak ada seorang teman yang akan menjauhimu cuma karena kamu memilih jalan mu.

                Mungkin awalnya akan terasa awkward dan lain-lain. Tapi percayalah, itu akan hilang seiring jalannya waktu, yang kamu perlukan hanyalah tabah dan sabar. Toh, mereka juga nggak akan mengusikmu. Dan kamu akan menemukan seseorang yang benar-benar temanmu. Seorang yang tak hanya datang saat butuh. Dan yang lain nya akan menganggap bahwa ini hal yang biasa. Dan kamu akan menjadi pribadi yang “Independen”.

<>6. Hilangkan iri pada hatimu, kamu tak perlu iri pada mereka yang curang

                Ini yang paling banyak terjadi, seseorang yang jujur iri pada mereka yang curang. Itu salah besar.

                “Buat apa kamu iri dengan mereka yang jelas-jelas lebih bodoh darimu? Nilai bagus tak menjamin dia pintar”

                “Buat apa kamu iri dengan mereka yang jelas-jelas tak percaya akan kemampuannya sendiri? Mereka aja tak percaya kemampuan mereka, buat apa kamu percaya mereka”

                Buanglah rasa iri mu. Kamu boleh iri dengan mereka yang nilainya bagus, tapi jangan iri dengan mereka yang curang. Buktikan saja bahwa kamu bisa. Ambillah kutipan awal,

                “Suksesmu tak bergantung pada mereka, tapi dari dirimu sendiri”

                Artinya kamu tak perlu berharap mereka dapat karma dan sebagainya. Toh, yang buat nilaimu jelek, dirimu sendiri bukan mereka. Nilai mereka bagus atau tidak itu bukan masalah mu. Yang harus kamu pikirkan adalah gimana cara nya agar kamu bisa belajar lebih giat dan mendapat nilai terbaik.

<>7. Tak ada yang lebih memuaskan dari hasil yang jujur

                Ini mungkin beberapa pernyataan terakhir. Jika engkau masih tak percaya dengan peningkatan pribadi yang diatas. Silahkan coba cara ini. Ketika ujian, coba aja sekali tak mencontek, tak memberikan contekan, tidak meminta bantuan, dan tidak memberikan bantuan.

                Berpikirlah, apa yang akan kau dapatkan jika tak melakukan itu. Maka yang terpenting dalam tahap ini adalah belajarlah dengan giat, mulai lah mencari referensi dari materi dan tugas. Taka da yang lebih melelahkan dari kerja keras. Tetapi kamu harus terus melakukan nya. Kurangi waktu bermainmu dan cobalah untuk berubah lebih rajin.

                Dan kerjakan ujianmu. Bekerja keras dan berusahalah. Lakukan yang terbaik sebisamu. Ketika hasilmu keluar, kamu akan merasa puas entah nilaimu jelek ataupun bagus. Karena kamu sudah berusaha.

<>8. Untukmu yang mendapat beasiswa, tak malu kah engkau dengan keistimewaan yang kamu dapat?

                Jika kamu masih mencontek padahal kamu mendapatkan beasiswa, di luar sana masih banyak yang lebih pantas dibanding kamu.Kamu mengambil hak mereka untuk duduk di bangku pendidikan dan kamu masih mencontek? Tak kasihankah kamu dengan mereka yang berharap bisa belajar lebih? Atau kamu nggak punya hati. Mereka di sana pengen mendapatkan pelajaran tetapi kamu malah mencontek dan melakukan hal curang.

                Sebelumnya saya minta maaf jika saya terlalu frontal yaitu untuk seseorang yang mendapatkan beasiswa bidikmisi. Kalau boleh jujur ada teman saya yang lebih jujur dibanding kamu dan lebih pintar hanya saja dia nggak mampu untuk kuliah karena bidikmisinya nggak keterima. Dan kamu seseorang yang mendapatkan beasiswa itu, masih titip absen, nggak belajar, dan cuma bermain saat kuliah. Akhirnya nyontek tugas dan ujian.

                Teman ku lebih layak mendapatkan bangku dan kelas ac itu dibanding kamu. Malulah sama uang yang kau terima tiap bulan. Malulah sama pemerintah yang kau bohongi tiap semester. Malulah sama orang-orang yang gagal mendapatkan beasiswa.

                Tak maukah kau berubah? Agar fasilitas yang kau dapat menjadi lebih berkah. Pikir lagi, cukup sekali umpatan yang keluar dari mulutku saat menulis artikel ini. Semoga kamu bisa paham tentang amarahku.

<>9. Puaskah kamu menunjukan rapor dan IP mu yang curang itu kepada orangtuamu?

                Ini masalah hati sebenarnya, tergantung hatimu. Atau mungkin masalah keluarga, tergantung keluargamu. Aku tak yakin ada orangtua yang mengajarkan anaknya curang, atau tidak masalah jika anaknya curang. Tapi jika memang ada, itu merupakan orangtua yang buruk. Aku berkata seperti ini bukan berarti aku menjelek-jelekan orang tuamu atau yang lain. Tapi tak maukah engkau memberikan sesuatu yang jujur pada orang tuamu?

                Apa kamu takut dimarahi orang tua mu? Aku pernah mendapat nilai 2 di Bahasa Indonesia, orangtuaku tidak memarahiku. Aku berkata jujur bahwa aku tidak bisa. Dan mereka malah memberi saran dan masukan. Dan aku mendapatkan nilai sesuai KKM, nggak bagus tetapi aku puas.
                Malu dengan kemampuanmu? Kenapa kamu tidak sharing masalah pendidikan dengan orangtuamu? Mereka yang membiayaimu. Itu seperti investasi masa depan bagi mereka, tapi tanpa ada hasil yang mereka harapkan. Semuanya kamu yang terima. Tapi masih saja kamu mencurangi investasi itu.
                Yang terakhir, apakah orangtuamu bangga jika nilaimu bagus dengan cara mencontek? Apakah orangtuamu bangga, kamu masuk SMP, SMA, atau bahkan PTN/PTS favorit dengan curang? Apakah mereka menceritakan kepada tetangga bahwa IP anaknya diatas 3 dengan cara curang? Tidak, karena mereka tidak tahu.

                Yang mereka ceritakan ketika berkunjung ke rumah saudara atau tetangga adalah

                “Anakku peringkat 1 di kelasnya”

                “IP anakku diatas 3, lho.”

                “IP anakku 3,6.”

                “Anakku keterima di UGM lewat SNMPTN.”

                Dan kau masih mendengarnya dengan bangga? Bangga dengan nilai contekanmu yang membuat nilai rapor dan IP-mu bagus? Bangga dengan menggunakan almamater dan foto disebelah orangtuamu, tetapi kamu tahu kamu curang saat ujian?

                Kamu bisa memberikan yang terbaik bagi orangtuamu. Berikanlah sebagai bukti kasih sayangmu. Orangtuamu pasti bahagia jika anaknya mendapat nilai yang bagus terlebih jika semua dengan jujur.

                 Silakan renungkan kembali, yang bisa merubah ini hanyalah kamu sendiri. Semester baru mungkin sudah dijalani semua pelajar dan sebagian mahasiswa. Dan diharapkan kalian bisa mengubah itu semua. Berikan nilai yang bagus dan jujur kepada orangtuamu. Sebagai simbol kasih sayang. Dan jadilah pribadi yang lebih baik.


Wednesday, November 13, 2019




HIKMAH  MGMP TIK SMP 

Se-KABUPATEN MAJALENGKA

TAHUN 2019



Kegiatan MGMP merupakan media pertemuan para guru yang mengampu mata pelajaran yang sama, demikian juga MGMP TIK SMP Kabupaten Majalengka  merupakan media pertemuan bagi para guru SMP yang mengampu mata pelajaran yang sama yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ) di Kabupaten Majalengka yang mempunyai tujuan dan maksud yang sama yaitu meningkatkan kompetensi dan profesionalisme di bidang TIK, serta berbagi Ilmu pengetahuan di Bidang TIK selain meningkatkan tali silaturohmi antar guru TIK se kabupaten Majalengka.

MGMP TIK SMP Kabupaten Majalengka tahun 2019 beranggotakan semua guru TIK SMP Negeri  maupun swasta yang berada dilingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, dengan jumlah anggota sebanyak 60 orang guru SMP, yang sebagian besar belum berkwalifikasi sarjana komputer tetapi berkwalifikasi sarjana selain komputer, sehingga dalam perjalanan kegiatan agak mengalami kendala, tetapi seiring berjalan waktu sampai saat ini sudah banyak guru TIK yang  berupaya untuk menempuh peningkatan keilmuan pendidikan dalam bidang Teknologi melalui berbagai media sebagai antisipasi dan pengenalan dalam dunia teknologi komputer. Walaupun dari berbagai background yang bukan sarjana Komputer namun pada dasarnya mereka senantiasa menyelarasakan keilmuannya baik melalui autodidak maupun sharing melalui sesama guru TIK, ataupun mereka yang benar-benar sarjana komputer yang tentunya hal tersebut berimbas pada lancarnya dan variatifnya pelaksanaan kegiatan MGMP .

Kegiatan pertemuan MGMP TIK SMP Kabupaten Majalengka dilaksanakan memang tidak secara rutin dilaksanakan karena berbagai pertimbangan kondisi sekolah masing-masing, Namun MGMP TIK senantiasa saling berhubungan dan saling berbagi baik melalui WA maupun saling mengunjungi antar sekolah. Kegiatan MGMP TIK di Kabupaten Majalengka dalam tahun tahun terakhir memang masih minim melaksanakan pertemuan akan tetapi karena teknologi IT untuk melaksanakan kegiatan sangat mudah untuk dapat saling bertemu sehingga untuk melaksanakan pertemuan MGMP TIK tidaklah sesulit yang dibayangkan. Disamping itu rata-rata Guru TIK  mengampu BTIK sehingga waktu untuk pembelajaran sangat leluasa dapat diatur sesuai kesiapan guru TIK itu sendiri, sangat dengan mudah untuk saling berkomunikasi dengan mengambil tempat pertemuan secara bergiliran ( dari satu SMP ke SMP yang lain ), dengan isi materi kegiatan sangat variatif, mulai dari persiapan mengajar, peningkatan kompetensi di bidang TIK dan pengingkatan Profesesionalisme guru yaitu penyusunan PTK maupun JURNAL.

Dengan berkembangnya media komunikasi global maka MGMP TIK SMP Kabupaten Majalengka juga tidak ingin ketinggalan oleh sebab itu saat telah dibangun media komunikasi global  lewat jejaring sosial FACEBOOK, What App, Bloger hal ini bertujuan untuk lebih memaksimalkan komunikasi antar guru TIK sekaligus untuk mempercepat penyampaian informasi dari pengurus ke anggota yang dikemas dalam bentuk  group MGMP TIK, selain itu baru-baru ini telah dimunculkan satu WEB BLOG MGMP TIK SMP MAJALENGKA. VIVA MGMP TIK Kabupaten Majalengka.

 


Sunday, November 3, 2019

Kampung Adat





Bahan Bacaan Kanggo Bacaeun Murangkalih
SMP Negeri 1 Palasah  di Lingkungan Kabupaten Majalengka

1.Kampung Dukuh
Kampung Dukuh 
Perenahna di wewengkon Désa Cijambe, Kacamatan Cikelet. Jarak kampung dukuh ti désa Cijambekurang leuwih 1,5 Km, sedengkeun ti puseur dayeuh kurang leuwih 101 Km.[1] Lega kampung Dukuh kurang leuwih 1,5 Ha, diwangun luhur 3 bagian atawa wewengkon, nyaéta 'feDukuh DinaDukuh Luar, sarta Astana Karomah.[1] Kampung Dukuh mangrupa salah sahiji pilemburan tradisional (kampung adat) anu masih ngagem kapercayaan karuhun, masarakat masih turut kana pamali jeung nasihat karuhun.[1] Diwangun sawatara puluh imah anu kasusun dina kemiringan taneuh anu bertingkat.[1] Saban tingkatan aya sederetan imah anu membujur ti kulon ka wétan.[1] Kampung Dukuh mangrupa wewengkon pilemburan kalayan pola budaya religi anu kuat.[1] Masarakat Kampung Dukuh miboga cara tempo hirup anu nyoko kana sufisme dina Mazhab Imam Syafii.[1] Landasan budaya kasebut mangaruhan dina jieunan fisik pilemburan kasebut sarta adat istiadat masarakat Kampung Dukuh.[1]
Sajarah
Dina abad ka-17, Rangga Gempol II anu basa harita jadi bupati Sumedang anu harita masih di handapeun kakawasaan Mataram, anjeunna ngajukeun paménta sangkan Sultan Mataram nunjuk salah saurang hakim atawa kapala agama di Sumedang ku sabab nalika éta téh jabatan eukeur kosong ku sabab hakim saenggeusna tilar dunya.[2] Sultan méré lolongkrang yén ulah jauh-jauh néangan panggantina lantaran jalma anu bisa ngagantikeuna téh aya di hiji désa anu aya daérah Pasundan. Tuluy Rangga Gempol II néangan éta jalma nu dipimaksud Sultan Mataram, ahirna kapanggih éta jalma téh nyaéta syékh Abdul Jalil pamingpin hiji pasantrén.[2] Tuluy syékh Abdul Jalil nyapukan kana éta paménta tapi kalayan aya saratna nyaéta ulah ngarempag syara saperti ngabunuh, ngarampog, jeung ngalacur.[2] Lamun ngarempag éta syara anjeunna bakal léngsér dina jabatana.[2] Salila 12 taun sanggeus éta pengukuhan jabatan téh euweuh anu ngarempag kana éta syara.[2] Nalika syékh Abdul Jalil indit ka Mekah, Hiji mangsa salah sahiji utusan ti Banten datang tuluy ménta sangkan Sumedang teu tunduk jeung teu méré upeti ka Mataram.[2] Ti dinya Rangga Gempol II kacida rongkah nepi ka nitah Jagasatru ngabunuh ka éta utusan ti Banten.[2] Mayitna dipiceun sangkan teu kanyahoan ku syékh Abdul Jalil.[2] Najan di sumputkeun éta kajadian téh, tapi lila kalilaan ahirna kapanggiheun ku syékh Abdul Jalil anu ahirna anjeunna mundur tina jabatana.[2] Sanggeus kajadian éta syékh Abdul Jalil téh indit ninggalkeun Sumedang tuluy ngalanglang buana nepi ka anjeunna ménta pituduh ka Gusti Alloh sangkan dibéré tempat anu pantes pikeun nenangkeun haté, pikir jeung nyebarkeun agama Islam.[2] Tanggal 12 Mulud nalika syékh Abdul Jalil nuju tapakur di Tonjong, anjeunna meunang pituduh di langit aya cahaya sagedé galuguran kawung.[2] Cahaya éta téh ngabelesat tuluy murag ka hiji tempat di daérah antara walungan Cimangké jeung Cipasarangan. Daérah éta dicicingan ku Aki jeung nini kebon anu ngarana Candradiwangsa.[2] Aya dua versi carita, anu kahiji dicaritakeun yén Aki jeung nini éta téh teu panuju kana datangna syékh Abdul Jalil, aya deui versi nu nyebutkeun yén aki jeung nini éta téh panuju lamu imah panyicingana (anu ayeuna disebut bumi lebet)dibikeun ka syékh Abdul Jalil, nini jeung aki téh mulang ka tempat asalna nyaéta yaiyu Cidamar (Cidaun) Cianjur.[2] Sanggeus kitu syékh Abdul Jalil téh cicing di éta tempat anu dipercaya jadi turunankampung Dukuh.[2] syékh Abdul Jalil mimiti nempatan Kampung Dukuh taun 1685.[2]
Etimologi
Kecap Kampung Dukuh asalna tina kecap padukuhan atawa dukuh anu hartina calik.[2] Jadi kecap padukuhan sarua hartina jeung pacalikan atawa tempat cicing.[2] Tapi salin ti éta aya ogé anu ngartikeun dukuh téh hartina teguh, kukuh, patuh jeung tukuh anu miboga makna kuat, teges, jeung teguh dina mertahankeun naon anu jadi milikna, nyaéta pageuh pisan kana tradisi warisan ti karuhun.[2] Taun 1901 dipikawanohna kampung Dukuh nyaéta nalika ngadegna Désa Cijambé.[2]
Ti baheula nepi ka ayeuna, Kampung Dukuh geus tilu kali diduruk.[2] Anu mimiti taun 1949 nyaéta masa agrési Walanda anu ka-2.[2] Kampung Dukuh, diduruk ku warga satempat ku sabab sieun beunang ku panjajah.[2] Anu kadua, dina masa ayana pemberontakan DI/TII.[2] Ngadurukna éta kampung téh diparéntah ku pamaréntah ku sabab kampung Dukuh taneuhna subur, jadi sieun bakal di jadikeun basis ku DI/TII.[2]


  1. Kampung Mahmud
KAMPUNG MAHMUD
Kampung mahmud perenehna ditempatna di rw 04 didesa mekarrahayu dikcematan margaasih, kabupaten Bandung, numutkeun kepercayaan warga satempat, kampung ieu diwangun ku turunan wali Cirebon, Eyang Abdul Manaf, dina abad ka -15, anu didirikan ditepi walungan Citarum, mangrupikeun premisansi kangga Eyang Manaf salami ibadah haji. Anjeunna nyangka negara bakal dijajah kuhiji bangsa dengeun. Sarantos pasti nalika jaman kolonial Belanda desa ieu sae dijantenkeun tempat anu paling aman pugi kaayeuna komunitas disakuriling hormat Eyang Kakung Manak ku mertahankeun kuburana oge. Populasi kirang langkung, diwangun ku 13,439 urang lalaki sareng 6,600 awewe populasi dibagi kana 2,732 rumah tangga. Secara umum, mata pencaharian masyarakat dikampung mahmud damel salaku patani, padagang, supir sareng karyawan atanapi swasta. Kaayaan parmukaan taneuh dikamping mahmud diwangun kulahan sareng sawah,  detilna : tanah perumahan sareng pekarangan sekitar 123,630 ha. 136,925 ha huma sawah, sareng tanah tatanen garing. Sawah sareng dataran garing sakitar 39,109 ha. Ningali kaayaan taneuh tiasa ngarios rada subur. Kaayaan pepelan seuer pisan dina kampungan tiasa nyayogikeun kaperluan warga satempat tanpa kedah nyandak tiluar.
Lokasi Géografis
Kampung Mahmud mangrupa salasahiji kampung adat nu aya di Kabupatén Bandung, perenahna di RW 4 Désa Mekar Rahayu Kacamatan Margaasih Kabupatén Bandung Selatan. Kampung Mahmud kawilang stratégis sabab teu pati jauh jeung Dayeuh Bandung kalawan bisa dijugjug ngagunakeun angkot jurusan Kampung Mahmud ti Terminal Tegal Lega, ngaliwatan jalur Tegal Lega, By Pass, Holis, Cigondéwa anu euruen di terminal Kampung Mahmud. Lokasi Kampung Mahmud padeukeut jeung sisi walungan Citarum. Kampung Mahmud tapel watesna nyaéta:
1) Belah kalér Désa Rahayu jeung Désa Cigondéwa
2) Belah kidul Désa Pameuntasan jeung Désa Daraulin
3) Belah kulon Désa Nanjung
4) Belah wétan Désa Margahayu
Ciri anu béda ti wewengkon lianna, Kampung Mahmud miboga daur hirup jeung sistem réligi anu has. Sanajan aya sistem anu geus kapangaruhan ti luar tapi éta hal masih dina ukuran anu leutik. Ku kituna, masarakat Kampung Mahmud masih kénéh nyekel sarta ngajaga budaya anu hirup di wewengkonna.

Sajarah Kampung Mahmud
Numutkeun masarakatna, ieu kampung téh diwangun ku Sembah Éyang Abdul Manaf nu mangrupa turunan ti wali Cirebon, Syarif Hidayatullah.[1] Ieu kampung diwangun abad ka 15 Maséhi.[1] Dimimitian ku Éyang Abdul Manaf nu indit ka Mekah ninggalkeun lemburna tur dumuk di Mekah dina waktu nu kaitung lilana.[1] Hiji mangsa Éyang Abdul Manaf ngarasa hayang balik deui ka lemburna, saméméh indit ninggalkeun Mekah, anjeunna ngadu’a di hiji tempat nu dingaranan Gubah Mahmud deukeut Masjidil Haram.[1] Dina du’ana anjeunna meredih sangkan bisa balik deui ka lembur nu teu kacicingan ku penjajah.[1] Sanggeus nepi di lemburna, anjeunna néangan tempat luyu jeung pituduh nu aya di Gubah Mahmud tug nepi ka manggih hiji tempat nyaéta di daérah walungan Citarum.[1] Sanggeus manggih éta tempat, anjeunna ngawangun hiji kampung tina sakeupeul taneuh nu dibawa ti Gubah Mahmud sarta dibéré ngaran kampung Mahmud luyu jeung asal taneuh nu dipaké ngawangunna.[1] Salian ti éta, harti Mahmud di dinya dipercaya miboga harti kampung nu dipuji tur loba hal nu dipantrangna.[2] Sangkan ieu kampung teu kapanggih ku penjajah, anjeunna nempatkeun 40 jin pikeun ngajaga ieu kampung.[2] Tempat munggaran nu dipaké neundeun éta taneuh dingaranan Masjid Paimbaran.[2]
Sistem Réligi
Dina hal agama nyampak hiji konsép anu utama, nyaéta patali jeung konsép anu diyakinan (iman) sarta hal naon anu kudu dipilampah dumasar kana kayakinan (iman) dina éta agama téh. Masarakat Kampung Mahmud katangen leuwih nyoko kana hal anu diyakinan tibatan kana hal anu kudu dipilampahna.
Konsép anu kuat ngabalukarkeun masarakat Kampung Mahmud taat dina hal agamana, contona katitén leuwih ngutamakeun kahayangna pikeun bisa ngalaksanakeun rukun Islam anu kalima, nyaéta ibadah haji. Tina éta hal, masarakat Kampung Mahmud loba anu  nepi ka ngorbankeun hartana ngabélaan ngajual tanah jeung sawahna pikeun bisa ngalaksanakeun ibadah haji. Sabab di Kampung Mahmud aya oriéntasi pikeun jalma anu geus ngalaksanakeun ibadah haji, éta darajatna leuwih luhur sarta dipihormat ku saréréa.
Pola kahirupan agama di masarakat Kampung Mahmud katangen ogé tina hal ngamulyakeun bulan-bulan Islam, misal bulan Mulud, bulan Romadhon, bulan Muharam, jeung Idul Fitri. Dina miéling poé-poé Islam, masarakat Kampung Mahmud sok ngayakeun hajat, mangrupa sangu jeung dengeunna, pikeun disanggakeun ka kolot, dulur-dulur, ogé tatangga. Angot dina Idul Fitri, jalma-jalma pada-pada mawa rantang anu eusina sangu jeung deungeunna nu kualitasna leuwih luhur tibatan kadaharan sapopoé, pikeun ditujukeun ka kolot sarta dulur nu séjénna.
Dina hakékatna, sanajan masarakat Kampung Mahmud taat dina widang agama Islamna, tapi kapercayaan kana karuhunna masih keneh napel dina kahirupanna. Konsep kaimanan ka Gusti Nu Maha Suci, guumulung jeung percaya ka para karuhun. Éta hal mangaruhan masarakat nu aya di saluareun Kampung Mahmud. Katangen loba nu daratang pikeun ziarah, malah aya nu nepi ka mondok sababaraha peuting pikeun kapentingan ngadu’a jeung ngucap sukur, sarta diwuwuhan ku ayana paménta atawa nyambat ka karuhun anu tujuanna pikeun kasalametan jeung katingtriman.
Makam Karuhun di Kampung Mahmud
Makom Mahmud mangrupa tempat dimakamkeunana éyang-éyang (luluhur) kampung Mahmud.[2] Loba jalma nu ngahajakeun jarah ka ieu makom lantaran dianggap karamat.[2] Biasana nu jarah lolobana datang nalika bulan Mulud, utamana mah malem Jumaah kliwon.[2] Maranéhna percaya yén para karuhun bakal datang sarta ngabulkeun sagala nu dipikahayang ku maranéhanana.[2] Salian ti éta nu jarah percaya yén kampung Mahmud téh kampung ajaib lantaran tara kabanjiran sakitu dikurilingan ku walungan Citarum ogé.[2]
Titinggal mangrupa makam karomah di Kampung Mahmud aya di tilu lokasi, nyaéta:
1) Makam Éyang Abdul Manaf
2) Makam Sembah Eyang Dalem Abdullah Gedug
3)  Makam Sembah Agung Zaenal.
Sing saha waé anu baris ziarah ka éta makam, dirina kudu aya dina kaayaan nu beresih, éstuning kudu boga wudhu, sarta maké pakéan anu rapih jeung nutupan aurat. Anu baris ziarah bakal diaping ku kuncén pikeun mingpin du’a, anu satuluyna masrahkeun ka nu ziarah pikeun ngadu’a sewang-sewangan. Baheula éta makam téh kacida diajénanana, saupamana nu ziarah rék nincak ka makam karomah sapatu jeung sendalna geus dibuka lebah masjid anu kawilang rada jauh ti makamna, tapi kaayeunakeun mah sapatu jeung sendal téh dibuka nalika rék nincak ka wangunan makam karomah.
Masarakat Kampung Mahmud saupama rék ziarah ka para karuhunna tara dilaksanakeun dina unggal poé jumaah, sabab poé jumaah mah poé pikeun ibadah. Unggal wangunan makam karomah miboga kuncén anu béda-béda. Di unggal wangunan geus disadiakeun pikeun wudhu, ngadu’a atawa tafakur nu ziarah. di antara tilu makam anu aya, makam Eyang Abdul Manaf paling gedé wangunanana dibanding nu séjén. Di éta makam aya tempat pikeun ngurilingan makam sarta aya wangunan mangrupa balé pikeun wiridan/ngadu’a.
Refleksi Kahirupan Masarakat Kampung Mahmud]
Ngeunaan tatacara dina kahirupan masarakat Kampung Mahmud, boh anu aya patalina jeung adat istiadat atawa jeung kayakinan kana agama, teu loba nu kapanggih dina hal anu béda jeung masarakat séjén. Salian teu loba kapangaruhan dunya luar, masarakat Kampung Mahmud ogé tuhu kana ajaran agama. Éta hal didadasaran ku sajarah anu kuat, sabab baheulana aya tokoh agama anu kakoncara. Malah nepi ayeuna makamna loba kadatangan jalma anu baris ziarah, boh masarakat sabudeur atawa masarakat luar. Sistem anu hirup di masarakat sabudeur nyaéta ajaran agama Islam. Norma-norma kaislaman anu diangkat sarta dijadikeun tetekon ku masarakat Kampung Mahmud, katitén tina kahirupan sapopoéna.
Sistem kamasarakatan anu lumaku di masarakat, umumna miboga sasaruaan jeung masarakat lianna, tapi aya sawatara hal anu jadi pangbéda di hiji kampung adat. Sistem kamasarakatan anu nyampak di Kampung Mahmud miboga sawatara hal anu béda jeung masarakat dina umumna di Jawa Barat. Anu jadi ciri pangbéda di Kampung Mahmud mangrupa hiji hal anu istiméwa. Anapon kabiasaan anu hirup nu di masarakat Kampung Mahmud sarta can aya nu wani ngareumpak kana éta tetekon nyaéta teu meunang nyieun imah anu permanén (ditémbok), teu meunang maké kaca, teu meunang nabeuh goong, teu meunang ngingu soang, teu meunang nyieun sumur, jeung teu meunang ngingu. Sanajan aya sawatara hal anu euweuh patalina jeung ajaran Islam, tapi tetep masarakat Kampung Mahmud ngayakinan kana éta hal dumasar kana istiadat anu lumaku di masarakatna.
Kabiasaan séjénna nyaéta pikeun jalma anu keur kakandungan jeung orok anu karék dilahirkeun, dina enas-enasna euweuh kabiasaan anu béda jeung masarakat dina umumna. Pamadegan masarakat di Kampung Mahmud pikeun hiji kabiasaan, miboga konsép yén salila éta kabiasaan teu pagedrug jeung ajaran anu diyakinanna éta kabiasaan téh lumrah dilakukeun. Pikeun nu kakandungan dina umur dua bulan atawa tilu bulan, éta téh can disebut kakandungan tapi masih kénéh nyiram. Saupama geus liwat ti tilu bulan karék disebut hamil. Biasana keur anu kakandungan aya adat kabiasaan anu lumaku saupama umur kakandungan geus nincak kana tujuh bulan. Kabiasaan anu lumaku pikeun nu tujuh bulanan disebut ogé upacara tingkeban. Upacara tingkeban biasana dilaksanakeun dina waktu anu geus ditangtukeun nyaéta dina tanggal anu aya angka 7, di antarana tanggal 7, 17, jeung 27. Lian ti éta biasana waktuna ogé isuk-isuk nyaéta jam 07.00. Tingkeban hartina nyaéta tutup, anu miboga ma’na yén ti dinya nepi ka 40 poé sanggeus ngalahirkeun kudu ditutup, teu meunang dibuka nepi ka waktuna datang. Jadi tingkeban téh minangka pangéling-éling pikeun salaki pamajikan yén dina waktu éta teu meunang campur gaul nepi ka 40 poé sanggeus ngalahirkeun.
Upacara nyukuran orok dilaksanakeun saupama umur orok geus 40 poé. Éta hal disebutna marhabaan, tapi aya ogé anu nyebut asrakat. Sanggeus tamu karumpul, mitembeyan acara dibuka. Orok dipangku kalawan dibarengan jeung nu babawaan, di antarana jajambaran anu eusina cai, duit logam, gunting, jeung perhiasan emas. Anu munggaran ngagunting buuk orok téh anu dikolotkeun tina sémah anu ngahadiran. Sabada geus bérés nyukuran, dituluykeun ku acara parasmanan.
Luyu jeung patokan anu jadi dadasar dina kahirupan masarakat Kampung Mahmud nyaéta Al-Qur’an jeung Sunah Rosul, cara méré ngaran ka budak anu karék lahir teu leupas tina hal kaislaman. Kabiasaan méré ngaran dumasar kana hukum palintangan teu pati dipercaya sabab lain kabiasaan anu lumrah, sok sanajan aya sawatara masarakat anu nyokot dadasar tina éta hal. Tapi lolobana, masarakat dina méré ngaran orok nu kakara lahir nyoko kana kaislaman, misal Amin, Zainal, jste. Tapi aya ogé ngaran-ngaran anu idéntik jeung kasundaan, saperti Dadang, Asép, tapi disatukangeunna ditambahan ngaran anu aya patalina jeung kasilaman.
Dina hal panganténan di Kampung Mahmud mémang rada béda jeung daérah nu lianna. Sabab pipanganténeun téh asalna ti éta kampung, tapi ieu ogé lain mangrupa kabiasaan anu lumrah, ngan dina umumna saperti kitu. Dina nyorang panganténan saacanna aya waktu pikeun silih wanoh atawa téténjoan. Tapi éta hal tara lila, sabab pikeun nyingkahan hal-hal anu teu dipikahayang sarta ngajauhan hal anu pagedrug jeung ajaran Islam.
Nalika lalaki jeung awéwé geus silih kenal sarta dina waktu anu cukup lila. Biasana ti kulawarga lalaki neundeun omong ka kulawarga awéwé. Sanggeus kitu kulawarga lalaki indit ngalamar awéwé nu dipimaksud pikeun mileuleuheung. Saupama ditarima biasana dituluykeun pikeun nangtukeun tanggal nikah anu geus disapukan ku dua kulawarga.
Dina panganténan teu ngawajibkeun pikeun milih papacangan nu sarua asalna ti éta kampung, maksudna masarakat bisa néangan calon ti saluareun kampung adat. Dina milih calon papacangan aya ogé anu dipangnéangankeun ku kolotna, tapi éta hal lain mangrupa hiji kabiasaan anu kudu. Dina hakékatna, panganténan didasaran ku pada-pada bogoh lain sabab pilihan kolot. Anapon adat anu biasa dilakukeun dina panganténan nyaéta ngeuyeuk seureuh, meuleum harupat, nincak endog, sawér jarang dilakukeun ku masarakat Kampung Mahmud.
Adat nu lianna nyaéta dina kapapaitan atawa dina nu maot. Upacara anu dilaksanakeun nalika salah saurang masarakat kapapaténan téh ku cara mulasara sacara Islam. Dina ieu upacara, aya tata cara anu dilakukeun pikeun mulasara layon, ngurebkeun, sarta sabada dikurebkeun. Dina tata cara mulasara layon nu mimiti nyaéta ngamandian layon ku salah saurang tokoh masarakat, satuluyna dikafanan, tuluy disolatkeun sarta dikurebkeun dumasar kana aturan Islam. Sabada dikurebkeun, peutingna biasa diayakeun tahlil nepi ka tujuh poéna. Dina tahlil biasana aya istilah husus nyaéta tileman atawa poé katiluna, tujuhna nyaéta poé katujuh, matang puluh nyaéta kaopat puluh, jeung natus atawa poé kasaratus.
Sakumaha anu geus dijelaskeun saacanna, masarakat di Kampung Mahmud ngabogaan adat kabiasaan (adat istiadat) anu béda jeung wewengkon séjénna, hususna mah dina hal nyieun imah. Hal ieu dilantarankeun masarakat Kampung Mahmud miboga dadasar tradisi anu raket patalina jeung sikep atawa prilaku dina kahirupan sapopoé, ku kituna dina sagala aspék kahirupan dikaitkeun kana adat istiadat jeung kaperacayaan (sistem religi) anu dianut jeung dipercaya ku masarakatna. Bentuk imah masarakat Kampung Mahmud ngabogaan ciri has anu béda ti wewengkon séjén. Aya ogé anu ngabédakeun téh bisa ditilik tina bahan anu dipaké nyieun imah jeung cara dina nyieun imah. Cara anu jiga kitu di mumulé pisan ku masarakat Kampung Mahmud, lantaran lamun nepi ka ngarumpak adat dina ngadegkeun imah, boh dina tata cara nyieun imah boh dina ngagunakeun bahan pikeun imah bisa jadi mamala pikeun anu nyieun imah atawa kulawarga anu nyieun imah. Salasahiji conto lamun ngarumpak éta hal bakal ngabalukarkeun masalah dikulawarga atawa bakal aya musibah anu ngarandapan éta kulawarga.
Tapi lamun ku urang ditalungtik tina struktur taneuh anu aya di Kampung Mahmud, mangrupa hiji daérah anu asalna tina ranca walungan citarum. Ku kituna, masarakat Kampung Mahmud boga kapercayaan teu meunang nyieun imah anu pageuh, ku sabab kondisi taneuh di daérah éta téh bisa ngabalukarkeun hiji musibah. Saacanna masarakat di dinya geus ngahubungkeun jeung mitos anu geus sumebar di daérahna, sakabéh imah anu aya di lingkungan masarakat Kampung Mahmud  mangrupa imah panggung. Ieu hal, dijalankeun ku masarakat Kampung Mahmud ti mimiti nu ngadegkeun Kampung Mahmud, nyaéta Embah Dalem Haji Abdul Manaf. Tapi lima taun katukang sesepuh Kampung Mahmud, Bapak H. Amin rék nyieun wangunan masjid tina témbok (permanén), ngayakeun listrik ka daérahna, mawa alat éléktronik saperti radio, jeung TV, salian ti éta rék nyieun sumur ogé jang kahirupan sapopoé.
Tawasul jang karuhun mangrupa hal anu biasa dilakukeun ku masarakat Kampung Mahmud. Ieu tawasul ogé bisa dilaksanakeun nalika nyieun imah. Tujuan tawasul téh keur mundut izin jeung berkah ka karuhun anu geus ngabangun di wewengkon Kampung Mahmud sangkan dibéré kasalametan dina ngalakonan pagawéanana, ku kituna boh nu digawé boh kulawarga anu bakal nyicingan imah bakal dibéré berkah jeung kasalametan. Biasana tawasulan dilaksanakeun di tanah anu rék dibangun imah nalika mimiti mondasi. Tawasulan dilakukeun ku kulawarga anu rék ngabangun imah. Keluaraga anu rék ngabangun imah ngondang tatangga disabudeureunana jeung anu digarawé pikeun ngadu’a jeung munut kasalametan. Tawasulan dipimpin ku sesepuh kampung, bérés ngadu’a, acara dipungkas ku motong tumpeng babarengan anu disadiakeun ku tuan rumah.
Upacara ritual nalika keur lumangsungna nyieun imah biasana dina waktu nyieun suhunan imah. Biasana diayakeun jiga upacara leutik, biasana nyadiakeun tumpeng atawa meuncit hayam. Terus ditambahan ogé bandéra beureum bodas anu engkena dipasang di tengah-tengah suhunan imah. Maksudna keur ngamerdékakeun imah téa. Carana, nalika suhunan bakal dipasang karék ngayakeun tawasulan ku cara meuncit hayam terus getih hayamna di usapkeun ka sakabéh tiang suhunan. Maranéhna boga kapercayaan ku cara kitu si imah bakal kuat jeung meuncit hayam dianggap sabagé hal jang ngajauhkeun musibah.
Sanggeus bérés ngabangun imah, diayakeun upacara deui anu disebut salametan, acara ieu diayakeun ku sabab imah anu dibangun geus bérés jeung salamet tina hal anu teu dipikahayang. Dina upacara salametan biasana sok disadiakeun sangu tumpeng jeung kadaharan anu séjénna. Jalan jeung tata cara upacara salametan sarua jeung tawasulan saacan ngadegkeun imah. Dina upacara ieu téh dipingpin ku sesepuh atawa kuncén Kampung Mahmud.
Pakasaban Masarakat
Pakasaban masarakat Kampung Mahmud téh nyaéta tani, dagang, guru ngaji di Pasantrén, jeung mébel (nyieun korsi). Anu mahabu ayeuna nyaéta kana dagang jeung nyieun korsi. Dagang ku sabab loba sémah anu datang unggal poé keur ziarah ka makom anu aya di dinya. Ari mébel atawa nyieun korsi mah ti baheula gé geus dilaksanakeun, malah lolobana bisa dijual ka luar Bandung jeung luar nagri. Tani ayeuna geus teu loba deui ku sabab dijualan sawahna, kabita ku pangbibita duit. Aya anu dijual keur dijarieun pabrik jeung lolobana sawah jeung taneuh keur tani téh dijual keur pangwangunan tol Pasirkoja. Ieu hal geus jadi bukti yén masarakat Kampung Mahmud geus keuna ku pangbibita harta, najan aya kénéh anu tani tapi teu saloba jaman baheula saacan aya pangwangunan pabrik jeung nu séjénna.
Arsitéktur Imah
Dina ngabangun imah masarakat kudu nataharkeun heula bahan wangunan saperti kai, awi, jeung bilik. Barang-barang anu dipilih contona waé kai kudu dipilih sangkan meunang anu kuat, salian ti éta aya ogé kapercayaan yén kai bakal ngaluarkeun kakuatan magis. Nalika dipaluruh imah anu aya di Kampung Mahmud wangun imahna manjang atawa suhunanana panjang, ieu hal disababkeun ku hiji kulawarga anu anggota loba. Lamun ditilik tina legana, imah anu aya diKampung Mahmud rata-rata gararédé ti mimiti anu leutik ukuran 4X8 m nepi ka ukuran 10X20 m katambah boga buruan anu lega.
Kabiasaan nyieun imah nu lega jeung gedé geus mangrupa tradisi masarakat Kampung Mahmud. Imah nu gedé jeung lega bisa méré kalaluasaan pikeun nu nyicinganana. Sirkulasi hawa ogé alus jeung jandéla-jandéla dipasang maké ukuran nu proporsional. Disagédéngeun ti éta, imah ogé kasorot pisan ku panonpoé ku sabab tempat jandéla nu ngajajar manjang méré rohangan cahaya leuwih loba asupna. Tapi, buruan ukur di pager ku paseuk-paseuk tina awi, wates buruan nu hiji jeung nu séjéna padeukeut. Panyawéran ogé bisa dijadikeun salaku wates buruan imah nu hiji jeung nu séjéna. Wates imah nu kitu, aya dina kelompok imah nu deukeut jeung kolot, sedengkeun pikeun imah-imah nu aya di luar éta kelompok diwatesanan ku kebon.
wangunan di Kampung Mahmud miboga ciri has anu béda jeung imah-imah séjén nyaéta dénah wangunan imah anu bentukna L.  Bentuk hateupna suhunan jolopong (suhunan lempeng atawa hateup pelana) nyaéta bentuk hateupna aya dua widang. Dua widang hateup ieu dipisahkeun ku leunjeuran kai lebah tengah wangunan imah. Bentuk hateup suhunan jolopong ieu kaayeunakeun di Kampung Mahmud loba anu geus diganti ku bentuk hateup juré atawa limasan (suhunan pondok) boh keur imah ku arsitektur tradisional atawa wangunan anu permanén.
Ieu wangunan ditilik tina panto hareup imahna, kasohor ku istilah imah buka pongpok nyaéta imah anu ngabogaan panto arah asupna sajajar jeung salah sahiji tungtung watang suhunan. Mun dititénan ti bagian hareup imaha, anu kaciri téh nyaéta widang hateup segitigana.
Salian ti imah keur dicicingan ogé aya wangunan masjid anu diwangun ku konstruksi imah panggung jeung balé wangunan anyar anu diwangun kira-kira bulan Agustus 2001, tapi boh konstruksi atawa bentukna nuturkeun imah anu aya di Kampung Mahmud nyaéta imah panggung jeung dénah anu bentukna L.
Bahan wangunana lolobana tina awi anu mangrupa bahan konstruksi imah tradisional, hususna di Kampung Mahmud. Ku ayana kamekaran jaman, kai ogé bisa dijadikeun bahan pikeun nyieun wangunan, nepi ka dina pangaweruh tradisional, rupa-rupa kai bisa dianggap ngabogaan kakuatan goib.
Bahan-bahan kai kudu diperhatikeun dina nyieun imah. Dina nataharkeun bahan-bahan sok maké hal-hal nu sipatna magis, nyaéta ngalakukeun tawasulan heula. Nalika nyieun imah, masarakat Kampung Mahmud nyayagakeun bahan wangunan nu geus pantes, boh dina segi kakuatan boh dina jenis bahanna, tuluy ditawasulan. Ku ayana tawasulan dipiharep bisa ngadatangkeun kakuatan magis jeung kakuatan séjéna ti alam goib. Ku sabab, awi dijieun bahan nyieun imah saméméh kai nu sipatna lentur jeung kuat. Awi anu pangalusna digunakeun pikeun bagian kontruksi nu sékunder, saperti bahan usuk, réng atawa bagian awi irateun bahan anyaman. Sacara rinci mah bahan wangunan anu aya di Kampung Mahmud nyaéta:
1) Hateup
    Bagian wangunan imah anu guna pikeun nutupan imah bagian luhur jeung hateup téh ditutupna kudu ngagunakeun kenténg taneuh.
2) Plafon/lalangit
    Plafon/lalangitna dijieun tina anyaman awi (bilik)
3)  Tihang
    Dijieunna tina kai, keur pondasi tihang digunakeun batu tatapakan anu jangkungna kira-kira 50 cm.
4)  Bilik
    Bilikna dijieun tina anyaman awi (bilik), salian ti dingding bilik digunakeun ogé dingding papan.
5)  Jandéla
    Panutup jandéla dijieunna tina kai .

Kasenian di Kampung Mahmud
Patali jeung kahirupan Kampung Adat Mahmud anu raket pisan jeung religiutas, produk kasenianana ogé tinangtu moal jauh tina éta kabiasaan. Kasenian anu mekar di ieu kampung téh nyaéta terbang. Ieu kasenian biasana dipagelarkeun dina raraga miéling poé-poé kaislaman jeung poé anu dianggap penting dumasar kaparcayaan masarakatna. Terbang miboga udagan pikeun nepikeun dakwah jeung ajén-ajén para Waliyullah (wali Alloh). Wangun kasenianana mangrupa adumanis antara musik jeung syair anu eusina qasidahan atawa pupujian. Alat musik anu dipaké dina terbang nyaéta dogdog, kecrék, kalayan dominasi tagoni tina sababaraha ukuran. Tinangtu tina unggal ukuran ngahasilkeun galidengna sora anu has. Pamaén terbang ngahiji dina beungkeutan grup seni anu kabéhdieunakeun bisa minton dina kariaan masarakat, saperti khitanan jeung nikahan. Najan eusina dakwah, nuturkeun kamekaran jaman terbang bisa dipintonkeun minangka hiburan anu Islami.
Pantrangan-pantrangan nu Aya di Kampung Mahmud
Loba pantrangan nu lumaku di ieu kampung saperti ulah aya gedong atawa imah nu diwangun tina témbok, teu meunang aya kacabedugsumurkenténg jeung goong gedé.[2] Salian ti éta, di ieu kampung ogé pantrang pisan ngukut soang jeung embé.[2] Kiwari, éta aturan téh loba dirempak ku masarakat anu lain asli turunan Mahmud (pendatang), nepi ka loba mamala anu karandapan ku nu wani ngarempak éta aturan, ti mimiti gering parna nepi ka maotna, ekonomina euweuh kamajuan turta aya nu nepi ka pirak jeung salaki atawa pamajikanana.[2] Ti mimiti taun 1985-an, walungan Citarum geus mimiti kakeunaan ku kokotor ti pabrik, nepi ka cai walungan téh kotor tur teu bisa dipaké pikeun kahirupan sapopoé, balukarna mah sumur nu tadina dipantrang aya bisa dijieun di éta kampung.[2] Pikeun nyieun éta sumur, teu sagawayah kitu waé, tapi kudu meunang heula widi ti para éyang.[2] ku lantaran kitu saméméh nyieun éta sumur, para kuncén (sesepuh) di éta kampung ngalaksanakeun heula tawasul.[2]

Lembur Sabudeureun Kampung Mahmud
Loba lembur nu aya di sabudeureun kampung Mahmud ieu, misalna aya nu disebut Balandongan nu mangrupa buruan atawa panyawéran Mahmud, wates ti Balandongan ka Kampung Mahmud nyaéta Tugu Mahmud.[2] Aya ogé pameuntasan, lembur nu kaliliwatan nalika meuntas walungan Citarum.[2] Salian ti éta, di beulah kuloneun kampung Mahmud, aya nu disebut Cigondéwa.[2] Asal muasal disebut Cigondéwa alatan baheula aya buta anu ngamuk tur teu teurak ku naon waé, nepi ka aya hiji gondéwa sakti anu bisa ngéléhkeun éta buta.[2] Tapi aya salah sahiji jamparing nu keuna kana taneuh nepi ka bijil cai tina éta taneuh. ti saprak harita éta lembur dingaranan Cigondéwa.[2]
Kahirupan Masarakat
Sakumaha anu geus dijelaskeun saacanna, masarakat di kampung Mahmud ngabogaan adat kabiasaan (adat istiadat) anu béda jeung wewengkon séjénna, hususna mah dina hal nyieun imah. Hal ieu dilantarankeun masarakat kampung Mahmud miboga dadasar tradisi anu raket patalina jeung sikep atawa prilaku dina kahirupan sapopoé, ku kituna dina sagala aspék kahirupan dikaitkeun kana adat istiadat jeung kaperacayaan (sistem religi) anu dianut jeung dipercaya ku masarakatna. Bentuk imah masarakat kampung Mahmud ngabogaan ciri has anu béda ti wewengkon séjén. Aya ogé anu ngabédakeun téh bisa ditilik tina bahan anu dipaké nyieun imah jeung cara dina nyieun imah. Cara anu jiga kitu di mumulé pisan ku masarakat kampung Mahmud, lantaran lamun nepi ka ngarumpak adat dina ngadegkeun imah, boh dina tata cara nyieun imah boh dina ngagunakeun bahan pikeun imah bisa jadi mamala pikeun anu nyieun imah atawa keluarga anu nyieun imah. Salasahiji conto lamun ngarumpak hal éta bakal aya masalah dikuluwarga atawa bakal aya musibah anu ngarandapan éta keluarga.
Tapi lamun ku urang ditalungtik tina struktur taneuh anu aya di kampung Mahmud, mangrupa hiji daérah anu asalna tina ranca ti walungan citarum anu ngurililingan éta wewengkon. Ku kituna masarakat kampung Mahmud boga kapercayaan teu meunang nyieun imah anu pageuh, ku sabab kondisi taneuh di daérah éta téh bisa ngabalukarkeun hiji musibah. Saacanna masarakat di dinya geus ngahubungkeun jeung mitos anu geus sumebar di daérah maranéhna, sakabéh imah anu aya di lingkungan masarakat kampung Mahmud mangrupa imah panggung. Hal ieu dijalankeun ku masarakat kampung Mahmud ti mimiti nu ngadegkeun kampung Mahmud, nyaéta Embah Dalem Haji Abdul Manaf. Tapi lima taun katukang sesepuh kampung Mahmud, Bapak H. Amin rék nyieun wangunan masjid tina témbok (permanen), ngasupkeun listrik ka daérahna, ngasupkeun alat éléktronik saperti radio, jeung TV, salian ti éta ek nyieun sumur ogé jang kahirupan sapopoé.
Dina ngabangun imah masarakat kudu nataharkeun heula bahan wangunan saperti kai, awi, jeung bilik. Barang-barang anu dipilih contona waé kai kudu dipilih sangkan meunang anu kuat, salian ti éta téh aya ogé kapercayaan yén kai bakal ngaluarkeun kakuatan magis. Nalika dipaluruh imah anu aya di kampung Mahmud bentuk imahna manjang atawa suhunanana panjang, hal ieu disababkeun jang hiji kaluarga anu anggota loba. Lamun ditilik tina legana, imah anu aya dikampung Mahmud rata-rata gararédé ti mimiti anu leutik ukuran 4X8 m nepi ka ukuran 10X20 m katambah boga buruan anu lega.
Tawasul jang karuhun mangrupa hal anu geus biasa dilakukeun ku masarakat kampung Mahmud. Tawasul ieu ogé bisa dilaksanakeun nalika nyieun imah. Tujuan tawasul ieu munut izin jeung berkah ka karuhun anu geus ngabangun di wewengkon kampung Mahmud sangkan dibéré kasalametan dina ngalakonan pagawéanana, ku kituna boh nu digawé boh keluarga anu bakal nyicingan imah bakal dibéré berkah jeung kasalamtéhn.
Biasana tawasulan dilaksanakeun di tanah anu rék dibangun imah nalika mimiti mondasi. Tawasulan dilakukeun ku keluaraga anu rék ngabangun imah. Keluaraga anu rék ngabangun imah ngondang tatangga disabudeureunana jeung anu digarawé pikeun ngado’a jeung munut kasalametan. Tawasulan dipimpin ku sesepuh kampung, bérés ngado’a, acara dipungkas ku motong tumpeng babarengan anu disadiakeun ku tuan rumah.
Upacara ritual nalika keur lumangsungna nyieun imah biasana dina waktu nyieun suhunan imah. Biasana diayakeun jiga upacara leutik, biasana nyadiakeun tumpeng atawa meuncit hayam. Terus ditambahan ogé bandéra beureum bodas anu engkena dipasang di tengah-tengah suhunan imah. Maksudna nyaéta jang ngamerdekakeun imah téa. Carana nyaéta nalika suhunan bakal dipasang karék ngayakeun tawasulan ku cara meuncit hayam terus getih hayamna di usapkeun ka sakabéh tiang suhunan. Maranéhna boga kapercayaan ku cara kitu si imah bakal kuat jeung meuncit hayam dianggap sabagé hal jang ngajauhkeun musibah.
Sanggeus bérés ngabangun imah, diayakeun upacara deui anu disebut salametan, acara ieu diayakeun ku sabab imah anu dibangun geus bérés jeung salamet tina hal anu teu dipikahayang. Dina upacara salametan biasana sok disadiakeun sangu tumpeng jeung kadaharan anu séjénna. Jalan jeung tata cara upacara salametan sarua jeung tawasulan saacan ngadegkeun imah. Dina upacara ieu téh dipingpin ku sesepuh atawa kuncén kampung Mahmud.
Robahna cara hirup masarakat
Sacara umum pantrangan dikelompokeun kana lingkup adat istiadat, ngan salian ngabogaan sipat-sipat anu leuwih husus jeung leuwih cocog lamun diasupkeun kana sistem kapercayaan. Tabu anu artina hiji usaha pikeun ngajauhan hiji hal anu rék dipilampah, sabab lamun nepi ka dipilampah bakal ngabalukarkeun hal anu kurang alus. Pantrangan mangrupa hukum sosial anu dipaksakeun sacara sakral, sarta ngabogaan sangsi dina kahirupan masarakat pikeun saha waé anu ngarumpakna. Sangkan pantrangan angger dipaké, ku kituna kudu aya anu di pikahormat jeung dihargaan ku sakabéh masarakat salaku anu nyepeng otoritas. Dikampung Mahmud anu nyekel otoritas téh sesepuh kampung atawa kuncén. Ku kituna pantrangan mangrupa salasahiji sistem religi anu asalana tina sistem kapercayaan masarakat.
Dina pasualan anu mangrupa pantrangan, kampung Mahmud ngabogaan hiji hal anu istiméwa jeung béda ti daérah sejen. Nurutkeun informan, hal ieu teu dikaitkeun jeung ajaran agama, tapi dikaitkeun jeung ucapan anu pernah diucapkeun ku luluhurna baheula, nyaéta Eyang Abdul Manaf. Tina omonganana aya anu asup akal aya ogé anu teu asup akal. Aya ogé sababaraha pantrangan anu husus jang kampung Mahmud dianatarana waé ny éta teu meunang nyieun imah tina témbok, teu meunang nyieun imah maké kaca, teu meunang nabeuh goong, teu meunang ngukut soang, jeung teu meunang nyieun sumur.
Pantrangan kahiji,kadua,jeung kalima teu ngabogaan kasang tukang. Aya ogé pantrangan anu katilu jeung kaopat ngabogaan kasang tukang yén baheula dikampung Mahmud jadi panyumputan Walanda, ku kituna tempat ieu kudu jauh tinu ramé. Lamun nabeuh goong jeung ngukut soang bisa ngaganggu. Ku ayana larangan kitu, kampung Mahmud can pernah kadatangan ku nu ngajajah.
Nepi ka ayeuna amanat anu mangrupa pantrangan ti leluhur dicepeng pisan ku masarakatna. Maranéhna teu wani ngarumpak kabéh aturan jeung pantrangan. Kabuktian tina imah-imahna euweuh anu ditémbok jeung maké kaca, teu ngukut soang, jeung teu pernah nabeuh goong gedé, boh anu mangrupa kasenian degung atawa wayang golék boh anu heunteu ngandung unsure kasenian. Cenah lamun nepi aya anu ngarumpak bakal aya musibah anu ngarandapan masarakat kampung Mahmud. Komo deui saacan taun 1960an barang éléktronik jiga radio jeung tv teu pernah asup. Pernah kajadian nalika ngahurungkeun radio, éta radio téh kalah jadi ancur.
Dina taun 1987, Haji Amin (Alm), nyobaan nyieun masjid tina témbok jeung maké kaca. Saacanna manéhna puasa heula jeung ngadoa salila 40 poé, munut izin ka karuhun. Ku kituna ngabangun masjid lancar jeung keluarga nagé teu ngalaman musibah nanaon. Tapi jang imah pribadi manéhna teu wani ngarumpak amanat karuhun.
Hiji hal anu nyieun anéh masarakat séjén, pamaréntah, jeung ilmuwan nyaéta nalika walungan Citarum banjir gedé anu ngeueum sababaraha wewemgkon wilayah, kampung Mahmud mah teu keuna ku banjir. Padahal lamun ditilik tina posisi daérah jeung luhurna dataran, kampung Mahmud geus pasti kakeueum banjir


3.     Kampung Pulo: Sintesa Sunda-Islam
Kampung Adat Pulo Situ Cangkuang Leles-Garut. DITENGAH situ cangkuang aya pulau anu terkenal ku dua perkara: nukahiji Candi Cangkuang, nyaeta salah sahiji candi nu aya dikabupaten Garut, candi etateh bukti paninggalan budaya Hindu-Budha jaman Tarumanagara. Jeung anu kadua nyaeta kampung adat Pulo anu langkung terkenal ku panglandi Kampung Pulo. Ieu kampungteh salah sahiji kampung adat nuaya di kabupaten Garut.
Di kampung adat eta ngan aya gènèp suhunan katambah hiji tajug (masjid). Numana sakabeh imah nyinghareup ka tajug. Pangeusi nu aya dikampung adat Pulo ayeuna kurang leuwih 23 jelema, salah sahijina kokolot kampung. Anu jadi perhatian tulisan kuring ayeuna nyaeta system katurunan jeung kapamilikan di eta kampung nu aya ditengah situ cangkuang. Jadi menarik keur diguarkeun kumargi dihiji sisi kampung etateh ngageugeuh pageuh kana budaya sunda, tapi disisi lain geus pacampur jeung budaya Islam. Lamun nyukcruk kana tradisi Islam, biasana kapamilikan jeung katurunan leuwih condong ka lalaki tina harti Patrilineal. Contona tina masalah milih pamimpin atawa tina waris ku penganut mainstream Islam leuwih ngutamakeun ka lalaki. Ieu wajar lantran tina teks ajarana (Al-Quran) lamun diartikeun langsung teges yen lalaki kudu jadi pamimpin pikeun awewe. Lamun ninggali kana tradisi Sunda, system kakaluargaana nyaeta Matrilineal: leuwih condong ka awewe. Lamun tina agama bisa dicukcrukna ka teks suci, saperti mun di Islam bisa ninggali kana Al-Quran jeung Hadist. Tapi lamun tina budaya anu awalna leupas ti agama, eta bisa ditingali tina folklore, nyaeta carita-carita rahayat. Carita rahayat orang sunda leuwih ngawangun kana kaindungan ieu bisa di tinggali tina mitos orang sunda atawa carita rahayatna nyaeta anu ngautamakeun dewi sri, trus lamun di udag ka luhurna nyaeta ka sunan ambu. Duanana eta ngawujud awewe atawa istri (dalam bahasa sunda istri berarti perempuan). Mitos oge mangrupi bagian tina carita, kumargi upami teu aya carita mitos moal aya. lamun mitos tina hiji budaya makin alus, eta cirining budayana geus maju.
Balik deui ka Kampung Pulo, di kampung pulo sok sawios atos islam tapi sabagian cara-cara atawa adat tina waris masih ngagunakeun sistim sunda, ieu bisa di tinggali tina sistim warisna. Dikampung adat eta anu meunang waris sacara gamblang nyaeta awewe. Sapertos: lamun indungna maot, tanah jeung sajabana jadi hak milik anak awewe. Anak lalaki teu kabagean nanaon, lantaran bisa neangan kahuripan di luar kampung adat eta. Upami lalaki nikah ka luar warga kampung adat pulo, lalaki eta kudu nuturkeun pamajikanana. Tinu masalah diluhur urang bisa ninggali sajauh mana akulturasi dikampung adat pulo.
Anu kahirupan sapopoena taat ngajalankeun ibadah, katambah aya hiji makam atawa kuburan anu cenah nyebarkeun ajaran islam di eta kampung, nyaeta Hasan Arip, anu ku warga kampung pulo dilandi alm. Mama hasan. tapi ditinggal di sisi lain, warga eta kampung masih nyeukeul pageuh ajaran budayana. Kumargi budaya mangrupi salah sawios alat anu bisa ngarakétkeun naon anu diamanatkeun ku karuhun jeung sangkan hirup langkung hade. Nujadi masalah kiwari nyaeta kumaha carana sangkan akulturasi sunda-islam di kampung adat pulo masih karawat. Saenggeus situ cangkuang ku pamarenatah kabupaten garus dijieun salah sahiji obyek wisata, aya sababaraha hiji perubahan di warga kampung adat pulo.
Wargana nu biasa tatanen jeung ngala lauk di sekitar wilayah situ cangkuang, ayeuna sok sabari dagang di daerah situ eta keneh. Efek tinu eta anu katinggali jelas nyaeta tina cara ngomong barudak leutik jeung babaya kampung pulo kiwari. Geus mimitian leungit panta-panta basa, numana basa keur ka kolot, sapantar jeung sahandapeun, bahasana geus sarua bae ayeunamah. Padahal anu siga spele eta gede pisan manfaat keur ngajaga etika hirup sapopoe, leuwih jauhna deui adat istiadat jeung budayana. Lamun diudag ku filsafat bahasa, saleresna tina bahasateh ngandung struktur logika jeung budayana nyalira. Struktur eta ek sadar atawa teu sadar mangrupi bagian tina salah sahiji budaya, jeung sakabeh rahayatna makè kana hal eta. Saleresna moal aya hiji budaya oge anu teu berakulturasi jeung budaya lain, tapi upami kudu tepi kaleungit bagian budaya anu alusna, berarti eta budaya geus lain akulturasi deui, tapi hegemoni budaya. Bahasa anu adiluhung ayeunamah geus teu aya hartosna deui, kumargi emang tos teu jelas batasan-batasan etis tina eta bahasana. Meureun eta anu kajadian di kampung adat pulo. Lamun ayeuna geus katenjo siga kitu rek kumaha pikarepueun kampung adat pulo kahareupna. Lamun sanyatana budaya kampung pulo masih gede manfaatna, naha jeung kudu ditinggalkeun atawa dileungitkeun, sok sawios eta nembe tina bahasa atawa obrolan sapopoe warga kampung. Meureun eta oge masalah orang sunda kiwari, salain faktor eksternal siga tontonan jeung pergaulan, faktor tijerona nyaeta geus kurang ngarasa miboga kana kasundaana, buktina mirif jeung kampung adat pulo, sabagian orang sunda geus embung maké bahasa sunda atawa bahasa loma tina kahirupan sapopoena.
Di sadur ti :
su. Wikipedia.org/wiki  : 2019
Sundanese19.blogspot.com : 2019